Dahlan Iskan dan kisah inspiratif Telaah buku Ganti Hati Tantangan Jadi Menteri Oleh: 01.187
http://kaweruh99.blogspot.com/2016/03/dahlan-iskan-dan-kisah-inspiratif.html
Dahlan Iskan
(lahir di Magetan, Jawa Timur, 17 Agustus 1951), adalah CEO surat kabar Jawa
Pos dan Jawa Pos Group, yang bermarkas di Surabaya. Beliau juga adalah Direktur
Utama PLN sejak 23 Desember 2009. Pada tanggal 19 Oktober 2011, berkaitan
dengan reshuffle Kabinet Indonesia Bersatu II, pak Dahlan Iskan diangkat
sebagai Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara menggantikan Mustafa Abubakar
yang sedang sakit. Selain sebagai pemimpin Grup Jawa Pos, pak Dahlan juga
merupakan presiden direktur dari dua perusahaan pembangkit listrik swasta: PT
Cahaya Fajar Kaltim di Kalimantan Timur dan PT Prima Electric Power di
Surabaya.
Dalam buku setebal 344( tiga ratus empat puluh
empat) halaman, dengan judul Ganti Hati Tantangan Jadi Menteri. Buku ini menjelaskan
bagaimana keseharian Pak DIS ( panggilan Dahlan Iskan) selama beberapa bulan
menjadi menteri BUMN dan flashback kesehariannya selama menjabat menjadi CEO
PLN selama 1 tahun 10 bulan. Khusus pengalaman pak Dahlan selama berada di PLN
dapat kita baca di buku “Dua Tangis dan Ribu Tawa”. Tetapi, yang paling
ditekankan dan disoroti dari buku ini adalah pengalamannya selama menjalani
transplantasi liver yang diungkapkan beliau secara terinci , hebatnya pak
Dahlan menceritakannya dari sudut pandang pak Dahlan sendiri.
Istilah-istilah medis yang rumit bisa diterjemahkan
sedemikian rupa sehingga orang awam pun dapat memahaminya dengan baik. Namun buku ini juga menyisipkan memori hidup seorang raja media atas
masa kecilnya yang miskin, dan juga berbagai pandangan pribadinya atas
persoalan bangsa ini. Sikap pak Dahlan dalam "Menghayati
Penderitaannya" juga patut mendapat acungan jempol, seperti biasanya
beliau orang yang "Blak-Blakan" tanpa tedeng aling-aling
mengungkapkan penyakitnya dan perjalanan pengobatannya.
Dibalut
dengan bahasa yang lugas dan mudah dimengerti pak Dahlan mampu membangkitkan rasa
keingintahuan pembaca untuk mengikuti pengalaman istimewa beliau dan
perjuangannya pada masa yang paling penting dan kritis dalam kehidupannya.
Mulai dari bagaimana beliau tinggal di kamar rumah sakit hingga masuk ke kamar
operasi. Buku yang harus, menurut saya, untuk dikoleksi bagi para penggemar
tulisan beliau. Bahasa yang sangat informatif ditambah foto-foto berwarna di
bagian tengah buku, dapat memberikan gambaran secara tepat bagaimana keadaan
pak Dahlan selama proses ganti hati. Juga terdapat sms dan email yang
ditempatkan dibelakang buku mulai dari halaman 249-343, sms dan email dari
orang-orang yang memberikan dukungan atau sekedar bertanya masalah lain. Dan
tentu dijawab oleh beliau. walau tak selalu dijawab serius oleh nya.
Jika dilihat dari sudut pandang yang
berbeda muncul asumsi bahwa buku ini, menampilkan kekayaan dan subjektif
penulis yang ditonjolkan pak Dahlan, seperti perkataan pak Dahlan tentang bekas
sayatan operasi di perut berbentuk Mercy yang ditaksir sekitar 3 Milyar, serta
adanya kesan mempromosikan Grup Jawa Pos secara tersirat. Terlepas dari itu
semua, buku ini sarat dengan informasi dan wawasan yang luas bagi pembacanya.
Beberapa gagasan pak Dahlan yang patut dipertimbangkan sebagai pengaya wawasan
kita, di antaranya adalah sebagai berikut.
pertama
gagasan pak Dahlan mengenai definisi
olahraga, tidak semua gerak tubuh bisa disebut olahraga. Menurutnya olahraga
adalah gerak tubuh yang menghasilkan detak jantung 115 kali dalam waktu minimal
10 menit konstan terus menerus. Di situ ada unsur gerak tubuh, ada unsur detak
jantung yang harus 115 kali, ada unsur minimal 10 menit dan ada unsur konstan
atau terus menerus. Memang ada orang yang jantungnya bisa berdetak 115 kali
tanpa gerak tubuh, tapi itu tidak bisa disebut olahraga. Itu adalah orang
kaget. Memang ada yang berjalan santai sampai 2 jam. Tapi itu juga bukan
olahraga. Jalan santai tidak membuat jantung berdetak 115 kali. Jalan santai
lebih banyak menghasilkan kelelahan. Demikian juga ada orang yang berolahraga
lari cepat membuat jantungnya bisa berdetak bahkan 200 kali. Tapi kalau
sebentar-sebentar berhenti juga belum disebut olahraga, unsur konstannya belum
didapat.
Kedua pandangan pak Dahlan tentang penyakit Hepatitis B. Pak Dahlan
menyebutkan bahwa penanganan efektif dalam penyakit ini adalah kesadaran untuk menjaga
gaya hidup, makanan, tidur teratur dan vaksinasi. Di Barat, biasanya penderita
sendiri yang menganjurkan teman-teman dekatnya agar vaksinasi. Beliau juga
menjelaskan bahwa penularan virus hepatitis B tidak sama dengan penularan virus
influenza. Penularan hanya terjadi lewat air liur, darah, dan hubungan
seksual. Ketika vaksinasi telah dilaksanakan secara benar, atau sudah mempunyai
antibodi dalam jumlah yang cukup, virus ini tidak akan bisa masuk ke tubuh itu.
Ketiga metode TACE pembunuh kanker. Metode ini pada prinsipnya sama
dengan kemoterapi. Bedanya, obat kemonya tidak diinfuskan seperti umumnya
kemoterapi, melainkan diinjeksikan langsung ke sel kankernya melalui selang
kecil panjang(kateter) yang dimasukkan melalui pembuluh darah besar di pangkal
paha (arteri femoral). Dengan bantuan fluoroscopy, sejenis sinar
rontgen, kateter itu lantas didorong masuk sampai ke arteri (pembuluh darah
yang membawa darah bersih dan sari makanan dari jantung) yang menuju hati.
Setelah
obat kemonya menembus sasaran, dokter lantas memasukkan lagi obat lain, melalui
kateter yang sama untuk memblokir cabang-cabang arteri di liver yang melewati
sel kanker. Ini diperlukan untuk menutup akses makanan ke sel-sel kanker itu.
Dengan begitu, diharapkan sel-sel kanker akan kelaparan dan tak lama mati.
Keempat
di dalam dunia jurnalistik, pak Dahlan juga
mengajarkan penggunaan kalimat-kalimat pendek. Menurutnya kalimat pendek akan
membuat tulisan menjadi lincah. Kalimat-kalimat yang panjang membuat dada
pembaca sesak. Semakin pendek sebuah kalimat, semakin membuat tulisan itu
seperti kucing yang binal. Apalagi kalau disana sini diselipkan kutipan omongan
orang. Kutipan itu juga sebisa mungkin harus pendek. Mengutip kata seorang
sumber berita dalam sebuah kalimat panjang sama saja dengan mengajak pembaca
mendengarkan khotbah. Tapi, dengan selingan kutipan-kutipan pendek,
tulisan itu bisa membuat pembaca seolah-olah bercakap-cakap sendiri dengan
sumber berita.
Pak
Dahlan juga menekankan penggunaan deskripsi pada tulisan. Yakni menceritakan
hal-hal detail yang dianggap sepele, tapi sebenarnya penting. Sebuah tulisan
yang deskripsinya kuat dapat membawa pembaca seolah-olah merasakan sendiri
suatu kejadian. Deskripsi yang kuat bahkan bisa menghidupkan imajinasi pembaca.
Imajinasi pembaca kadang lebih hidup daripada sebuah foto. Inilah salah satu
kunci kalau jurnalistik tulis masih diharapkan bisa bertahan ditengah arus
jurnalistik audio visual.
***
Kisah nyata yang menyentuh,
menghibur sekaligus mendidik. Uraiannya jelas dan menunjukkan wawasan yang
luas. Memberikan pelajaran tentang bagaimana hidup yang harus dipilih, antara
menjadi sehat atau sakit, menjadi sukses atau gagal, rendah hati atau rendah
diri. Really feel his pain, really feel his passionate.