1735262163458753
Loading...

METODE KITAB AJZA’ DAN AȚRAF

METODE KITAB AJZA’ DAN AȚRAF
Oleh : Joko Supriyanto, Nur Huda dan Azimittaha
I.         Pendahuluan
Dalam rentan waktu yang cukup panjang telah banyak terjadi pemalsuan hadis yang dilakukan oleh orang-orang dan golongan tertentu dengan berbagai tujuan.[1] Maka tidaklah mengherankan jika umat Islam sangat memberikan perhatian yang khusus terhadap hadis terutama dalam usaha pemeliharaannya, jangan sampai punah atau hilang bersama dengan hilangnya generasi sahabat. Mengingat pada sejarah awal Islam, hadis dilarang ditulis dengan pertimbangan kekhawatiran percampuran antara al-Quran dan hadis sehingga yang datang kemudian sulit untuk membedakan antara hadis dan al-Quran[2].
Dalam berbagai riwayat menyebutkan bahwa kalangan sahabat pada masa itu cukup banyak yang menulis hadis secara pribadi. Akan tetapi kegiatan penulisan tersebut selain dimaksudkan untuk kepentingan pribadi juga belum bersifat massal[3].
 Atas kenyataan inilah maka ulama hadis berusaha membukukan hadis Nabi. Dalam proses pembukuan, selain harus melakukan perjalanan untuk menghubungi para periwayat yang terbesar diberbagai daerah yang jauh, juga harus mengadakan penelitian dan penyelesaian terhadap suatu  hadis yang akan mereka bukukan. Karena itu proses pembukuan hadis secara menyeluruh  mengalami waktu yang sangat panjang.
Adapun sejarah penulisan hadis secara resmi dan massal dalam arti sebagai kebijakan pemerintah barulah terjadi pada masa pemerintahan khalifah Umar Bin Abdul Aziz tahun 100 hijriyah, dengan alasan beliau khawatir terhadap hilangnya hadis nabi bersamaan dengan meninggalnya para ulama dimedan perang dan juga  khawatir akan bercampurnya hadis-hadis sahih dengan hadis-hadis palsu.
Dipihak lain bahwa dengan semakin meluasnya daerah kekuasaan Islam, sementara kemampuan antara tabi’in yang satu dengan lainnya tidak sama, maka dengan jelas memerlukan adanya kodofikasi atau pembukaan hadis[4].
Sepanjang sejarah, hadis-hadis yang tercantum dalam berbagai kitab hadis, setelah melalui proses penelitian yang sangat rumit, baru menghasilkan hadis yang diinginkan oleh para penghimpunnya. Sebagai implikasi dari penyeleksian dan pembukuan hadis-hadis tersebut maka muncullah berbagai kitab hadis  dengan berbagai macam corak dan metode seperti kitab Al Muwatta (al- musannaf), kitab ṣahih, kitab sunan, kitab musnad, kitab jami’, kitab ajza’ dan kitab aṭraf, dan lain-lain. Kitab-kitab inipun merupakan implikasi dari nuansa dan perbedaan penyusunan dalam menggunakan pendekatan metode, kriteria dan teknik penulisan. Dalam usaha pembukuan hadits, tentunya para ulama berbeda dalam  memilih metode yang digunakan sesuai dengan argumen dan latar belakangnya yang berbeda-beda.
Memang banyak metode-metode yang digunakan oleh ahli hadis dalam menyusun kitab hadisnya. Namun pada makalah ini, kami hanya akan menjelaskan mengenai metode ajza’ dan atraf sebagaimana yang ditugaskan pada kami.
II.      Kitab Ajza’
Ajza’ menurut istilah muhaddisin adalah kitab yang disusun untuk menghimpun hadis-hadis yang diriwayatkan oleh satu orang, baik dari generasi sahabat maupun dari generasi sesudahnya. Seperti Juz Hadits Abu Bakar dan Juz Hadits Malik.
Pengertian yang lain adalah kitab hadis yang memuat hadis-hadis tentang tema-tema tertentu, seperti al-juz’u fī Qiyām al-lailiy, karya Al-Marwazi, Fawaidul Hadisiyah, juga kitab Al-wildan karya Imam Muslim , [5]Ajza' mengenai shalat dhuha oleh As-Suyuti dan yang lainya.
                                              
v  Metode Kitab Ajza’
Kitab hadis yang disusun dengan metode ajza’ biasanya berupa kitab kecil yang berisi kumpulan riwayat seorang perawi hadis, atau yang berkaitan dengan satu permasalahan secara terperinci, seperti :[6]
1.      Juz’u Ma Rawahu Abu Hanifah `an al-Ṣahabah, karya Ustadz Abu Ma’syar Abdul Karim Ibn Abd al-Ṣamat al-Țabari.
2.      Juz’u  Raf’il Yadain fī al-Ṣalat, karya al-Bukhari.
v  Manfaat Metode Kitab Ajza’
Tujuan penulisan kitab dengan metode ini di antaranya adalah:
1.       Untuk membuktikan sesuatu perkara itu tsabit daripada Rasulullah Ṣalla Allah Alayhi wa Sallam dengan mengumpulkan berbagai riwayat tanpa mengira kedudukan hadis-hadis tersebut.
2.      Supaya lebih mudah untuk membuat kajian terhadap sesuatu perkara[7].
III.   Kitab Aṭraf
Kitab Aṭraf merupakan kitab yang hanya menyebutkan sebagian hadis yang dapat menunjukkan lanjutan hadits yang dimaksud, kemudian mengumpulkan seluruh sanadnya baik sanad satu kisah ataupun sanad dari beberapa kitab. Para penulis biasanya menyusun urutannya berdasarkan musnad para ṣahabat dengan susunan nama sesuai huruf-huruf hijaiyah, lalu menyebutkan pangkal hadits yang dapat menunjukkan ujunngya, seperti hadits nabi: “Kullukum ra`in…”, “Buniyal Islamu ‘Ala Khamsin…”, dan “Al-Imanu Bidh’un wa Sab’una Syu’batan…”, demikian seterusnya.
v  Contoh Dalam Kitab تحفة الأشراف على معرفة الأطراف
Dalam kitab ini pengarang (Abu al-Hajjaj Yusuf bin Abdurrahman al-Mizzi) menggunakan rujukan utama Kutūb al-Sittah (Ṣahih Bukhari dan Muslim, serta sunan Abu Dawud, Nasa’i, Tirmiḍi, dan Ibnu Majjah) dan menambahkan rujukan tambahan yaitu kitab Marāsil karya Abu Dawud, Muqaddimah Kitab Muslim, al-Ilāl karya Tirmiḍi, al-Musyammil lahu, Syamāil lahu, `Amālu al-Yaum karya Imam Nasa’i).[8]
Dalam kitab ini pengarang juga membuat kategori tertentu untuk menyebutkan suatu periwayatan hadis, misalnya :
-          ع untuk hadis yang diriwayatkan oleh imam dalam Kutūb al-Sittah.
-          خ untuk hadis yang diriwayatkan oleh imam Bukhari
-          م untuk hadis yang diriwayatkan oleh imam Muslim
-          ت untuk hadis yang diriwayatkan oleh imam Tirmiḍi
-          س untuk hadis yang diriwayatkan oleh imam Nasa’i
-          ق untuk hadis yang diriwayatkan oleh imam Baihaqi
-          د untuk hadis yang diriwayatkan oleh imam Abu Dawud
Kemudian dalam penulisannya, pengarang menyusun hadis dengan mengelompokkan nama sahabat sesuai urutan huruf hujaiyyah. Misalnya untuk huruf الف pengarang memasukkan nama-nama sahabat yang meriwayatkan hadis yang nama depannya dengan huruf الف seperti Abyaṭ, Abi al-Lahmi, Ubay bin Umarah dan Ubay bin Ka’ab. Begitu seterusnya, imam mengelompokkan nama sahabat sesuai huruf awalnya.
Dalam menyebutkan hadis, pengarang hanya menyampaikan potongan hadis tertentu kemudian memberikan keterangan-keterangan untuk nantinya bisa dilacak dalam kitab induknya. Untuk contohnya adalah sebagai berikut :[9]
[د ت س ق] حديث أنّه وفد إلى النبيّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فاستقطعه الملح الذي بمأرِب...... الحديث
د في الخراج (36) عن قتيبة بن سعيد، ومحمد بن المتوكل العسقلانيّ، كلاهما عن محمد بن يحيى بن قيس المأربيّ، عن أبيه، عن ثُمامة بن شراحيل، عن سمى بن قيس، عن شَمير بن عبد المَدان، عن أبيض بن حمّال به
ت في الأحكام (39) عن قتيبة، ومحمد بن يحيى بن أبي عمرِ، كلاهما عن محمّد بن يحيى بن قيس، بإسناده وقال : غريب ك س في إحياء الموات (في الكبرى) عن إبراهيم بن هارون، عن محمد بن يحيى بن قيس به، وعن سعيد بن عمرو، عن بقيّة، عن عبد الله بن المبارك، [ص:8] عن معمر، عن يحيى بن قيس المأربيّ، عن أبيض بن حمّال به. وعن سعيد بن عمرو، عن بقيّة، عن سفيان، عن معمر نحوه. قال سفيان : وحدّثني ابن أبيض بن حمّال، عن أبيه، عن النبيّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بمثله. وعن عبد السلام بن عتيق، عن محمد بن المبارك، عن إسماعيل بن عيّاش وسفيان بن عُيينة، كلاهما عن عمرو بن يحيى بن قيس المأربيّ، عن أبيه، عن أبيض بن حمّال نحوه.
ق في الأحكام (78) عن محمد بن يحيى بن أبي عمر، عن فَرَج بن سعيد بن علقمة بن سعيد بن أبيض بن حمّال عن عمّه ثابت بن سعيد، عن أبيه سعيد، عن أبيه أبيض نحوه. ك حديث
س في رواية ابن الأحمر ولم يذكره أبو القاسم.
Dalam contoh tersebut, sebelum menyampaikan sepenggal hadis, pengarang memberikan tanda [د ت س ق], ini memberikan petunjuk bahwa hadis yang disampaikan itu diriwayatkan oleh imam Abu Dawud, Tirmiḍi, Nasa’i dan Baihaqi. Selain itu pengarang juga memberikan keterangan sanad dari masing-masing periwayat hadis setelah menyebutkan hadisnya.

v  Kitab-kitab Aṭraf yang terkenal
Di antara Kitab-kitab Athraf yang terkenal adalah:[10]
- Athrafu Ash-Shahihain karya Muhamad Khalaf bin Muhammad Al-Wasithi (wafat 401 H).
- Al-Isyraf ‘Ala Ma’rifati Al-Athraf atau Athraf As-Sunan Al-Arba’ah karya Al-Hafizh Abul Qasim Ali bin Hasan dikenal sebagai Ibnu Asakir.
- Tuhfatul Asyraf bi Ma’rifatil Athraf atau Athraf Al-Kutub As-Sittah karya Al-Hafizh Abul Hajjaj Yusuf bin abdurrahman Al-Mizzi (wafat 742 H).
- Ithaful Muharah bin Athrafil Asyarah, karya Al-Hafizh Ahmad bin Ali Ibnu Hja Al-Asqalani (wafat 852 H). Al-Asyarah atau kitab yang sepuluh adalah: Al-Muwaththa’, Musnad Asy-Syafi’ie, Musnad Ahmad, Musnad Ad-Darimi, Shahih Ibnu Khuzaimah, Muntaqa Ibnul Jarud, Shaih Ibnu Hibban, Mustadrak Al-Hakim, dan Sunan Ad-Daruquthni.Jumlahnya menjadi 11 karena Shahih Ibnu Khuzaimah hanya berisi seperempatnya saja.
- Athraf Al-Masanid Al-Asyarah, karya Abul Abbas Ahmad bin Muhammad Al-Buwaishiri (wafat 840 H). Al-Asyarah atau munad yang sepuluh adalah: Musnad Abu Dawud At-Thayalisi, Musnad Abu Bakar Al-Humaidi, Musnad Musaddad bin Musarhad, Musnad Muhammad bin Yahya Al-Adani, Musnad Ishaq bin Rawaih, Musnad Abu Bakar bin AbiSyaibah, Musnad Ahmad bin Mani’, Musnad ‘Abd bin Humaid, Musnad Al-Harits bin Muhammad bin Abi Usamah, dan Musnad Abi Ya’la Al-Mushili.
- Dzakha’ir Al-Mawarits fi Ad-Dalalah ‘Ala Mawadhi’ Al-Hadits, ini merupakan kumpulan athraf kutubus sittah dan Muwaththa’ Imam Malik, karya Abdul Ghani An-Nabulsi (wafat 1143 H).
IV.   Masa Munculnya Metode Ajza’ dan Aṭraf[11]
Abad ke-4 adalah abad pemisah pengertian Ulama hadist Mutaqoddimin dan Ulama hadist Mutaakhirin. Sampai pada abad ke-3 Hijjriyah para Ulama Hadist telah berjasa dalam mentadwinkan hadist, sehingga hadist tersebar keseluruh pelosok kekuasaan Islam telah melakukan penulisan, analisa serta mengkristalkan hadist dari hadist palsu dan tercampur baur dengan fatwa sohabat maupun tabi’in sehingga mereka dapat memisahkan mana hadist shohih, hasan, dan dhoif, serta dapat menentukan mana yang maqbul dan mana yang mardud. Mereka oleh Muhaddisin berikutnya dipandang Ulama senior yang mereka juluki dengan penghormatan “Ulama Mutaqoddimin”. Sedangkan Ulama hadist berikutnya mereka berikan predikat “Ulama Muta-Akhirin”.
Para Ulama Muta-Akhirin melakukan usaha penulisan hadist dengan cara menuqil (memindahkan) hadist dari kitab-kitab yang disusun oleh Ulama Mutaqoddimin. Kitab-kitab msyhur yang ditulis pada abad ke-empat ini adalah : 1.Mu’jam Al-Kabir, 2. Mu’jam Al-Ausath, dan 3. Mu’jam Al-Shoghir. Ketiga kitab ini ditulis oleh: imam Sulaiman bin Ahmada At-Tobarony” (meninggal tahun 360 H.) 4. Sunan Ad-Daru Quthny karya Imam Abdul Hasan bin Umar bin Ahbad Addaruquthny (306 – 385), 5. Shohih Abi Awwanah karya Abu ‘Awwanah Ya’qub bin Ishaq bin Ibrohim Al-Asfaroyiny (wafat 354 H.) dan 6. Shohih Ibnu Huzaimah karya Ibnu Huzaimah Muhammad bin Ishaq (wafat 311 H).
                     Kitab-kitab Muta-Akhirin ini lebih cebnderung kepada teknik penulisan antara lain ada yang cenderung menampilkan Hadist-hadist hukum seperti : 1. Sunanul Kubro karya Abu Bakar Ahmad bin Husein Ali Al-Balhaqi (384 – 458 H.), 2. Muntaqol Akhbar karya Majduddin Al-Harrany (wafat 652 H.), 3. Nailul Author syawah Mutaqol Akhbar oleh Muhammad bin Ali As-Syaukany (1171 – 1250 H).
                        Ada juga kumpulan hadist-hadist targhib wat tarhib seperti : 1. Attarghib wat Tarhib oleh Imam Zakiyuddin ‘Abdul ‘Adzin Almundziry (wafat 656 H.), 2. Riyadhus Sholihin oleh Imam Muhyiddin Abi Zakariya An-Nawawy (wafat 676 H.) dan 3. Dalilul Fa-Lihin oleh Ibnu ‘Allan Assiddiqy (wafat 1057 H.).
                        Ada juga yang menyusun hadist dalam rangka membuat kamus hadist yaitu : 1. Dakha-irul Mawa-rist Fid Dala-lati ‘Ala Mawa-dhi’il Ahādist oleh Al-Alla-mah As-Syayyid Abdul Ghani Al-Maqdisy An-Nabulisy di dalamnya terdapat kitab atrof, Kutubus Sittah & Al-Muwattho (1143 H.), 2. Alja- Mi’us Shoghir Fi Ahadistil Nadzir Basyir oleh Imam Jamaluddin As-Suyuthy (849 – 911 H.), 3. Al-Mu’jamal Mafahros Ilaifadziil Hadistin Nabawy oleh Dr. A.J. Winsinc dan 4. Miftah Kunujis Sunnah oleh Ustdz Muhammad Fuadz Abdul baqi.


V.      Kesimpulan
Ajza’ adalah kitab yang disusun untuk menghimpun hadis-hadis yang diriwayatkan oleh satu orang, baik dari generasi sahabat maupun dari generasi sesudahnya. Seperti Juz Hadits Abu Bakar dan Juz Hadits Malik. Selain itu, Ajza’ juga bisa dikatakan sebuah kitab hadis yang memuat hadis-hadis tentang tema-tema tertentu, seperti al-juz’u fī Qiyām al-lailiy, karya Al-Marwazi, Fawaidul Hadisiyah, juga kitab Al-wildan karya Imam Muslim, Ajza' mengenai shalat dhuha oleh As-Suyuti dan yang lainya.
Kitab hadis yang disusun dengan metode ajza’ biasanya berupa kitab kecil yang berisi kumpulan riwayat seorang perawi hadis, atau yang berkaitan dengan satu permasalahan secara terperinci.
Sedangkan kitab Aṭraf merupakan kitab yang hanya menyebutkan sebagian hadis yang dapat menunjukkan lanjutan hadits yang dimaksud, kemudian mengumpulkan seluruh sanadnya baik sanad satu kisah ataupun sanad dari beberapa kitab. Para penulis biasanya menyusun urutannya berdasarkan musnad para ṣahabat dengan susunan nama sesuai huruf-huruf hijaiyah, lalu menyebutkan pangkal hadits yang dapat menunjukkan ujunngya. Selain itu juga menambahkan keterangan-keteranagan sanad dari masing-masing periwayat hadis.


Daftar Pustaka
Ahmad, Arifuddin, Paradigma Baru Memahami Hadis Nabi, Jakarta :Insang Cemerlang,tth.
al-Siba’iy, Mustafa, Al-Sunnah Wa Makanatuh Fi Altasyriy’ Al-Islami, diterjemahkan oleh Nur Kholis Majid dengan judul Sunnah Dan Peranannya Dalam Penetapan Hukun Islam :Sebuah Pembelaan Kaum Sunni, Jakarta : Pustaka Firdaus,1992.
al-Qaṭṭan, Manna’ Khalil, Pengantar Studi Ilmu Hadis, terj. Mifḍal Abdurrahman, Jakarta Timur : Pustaka al-Kauthar, 2014.
Al-Shalih, Subhi, Ulumul Hadis Wa Mustalahuhu, Dār Al-Ilm Al-Malayin,1988.
Al-Shiddiqiiy, M. Hasbi, Pokok-Pokok Ilmu Dirayah Hadis,Jakarta :Bulan Bintang,tth. jilid 2, cet. VIII.
Suparta, Munzier, IlmunHadis, Jakarta :PT Raja Grapindo Prasada,2006
Yusuf, Abu al-Hajjaj, Tuhfatu al-Asyrāf `alā Ma`rifati al-Asyrāf, t.np: Dār al-Kutub, 1983.




[1] Arifuddin Ahmad, Paradigma Baru Memahami Hadis Nabi, (Jakarta :Insang Cemerlang,tth),63.
[2] Mustafa al-Siba’iy, Al-Sunnah Wa Makanatuh Fi Altasyriy’ Al Islami, diterjemahkan oleh Nur Kholis Majid dengan judulSunnah Dan Peranannya Dalam Penetapan Hukun Islam :Sebuah Pembelaan Kaum Sunni, (Jakarta : Pustaka Firdaus,1992),32.
[3] Subhi Al-Shalih, Ulumul Hadis Wa Mustalahuhu,(Dar Al-Ilm Al-Malayin,1988)24.
[4] Munzier Suparta, IlmunHadis, (Jakarta :PT Raja Grapindo Prasada,2006)90.
[5] M. Hasbi As Shiddiqiiy, Pokok-Pokok Ilmu Dirayah Hadis,(Jakarta :Bulan Bintang,tth) jilid 2, cet. VIII, h.325.
[6] Manna’ al-Qaṭṭan, Pengantar Studi Ilmu Hadis, terj. Mifḍal Abdurrahman, (Jakarta Timur : Pustaka al-Kauthar, 2014) 62.
[8] Abu al-Hajjaj Yusuf, Tuhfatu al-Asyrāf `alā Ma`rifati al-Asyrāf, (t.np: Dār al-Kutub, 1983)  4.
[9] Ibid., 7.
[10] Manna’ al-Qaṭṭan, Pengantar Studi Ilmu Hadis, terj. Mifḍal Abdurrahman, 63.
Kumpulan Makalah 1561050294749959709

Posting Komentar

  1. Metode Kitab Ajza’ Dan Ațraf >>>>> Download Now

    >>>>> Download Full

    Metode Kitab Ajza’ Dan Ațraf >>>>> Download LINK

    >>>>> Download Now

    Metode Kitab Ajza’ Dan Ațraf >>>>> Download Full

    >>>>> Download LINK

    BalasHapus

emo-but-icon

Beranda item

Popular Posts

Twitter

Random Posts

Jasa Pembuatan Makalah

Flickr Photo

Recent Comments