METODE KITAB AJZA’ DAN AȚRAF
http://kaweruh99.blogspot.com/2015/06/metode-kitab-ajza-dan-atraf.html
Oleh
: Joko Supriyanto, Nur Huda dan Azimittaha
I.
Pendahuluan
Dalam
rentan waktu yang cukup panjang telah banyak terjadi pemalsuan hadis yang
dilakukan oleh orang-orang dan golongan tertentu dengan berbagai tujuan.[1] Maka tidaklah mengherankan jika umat
Islam sangat memberikan perhatian yang khusus terhadap hadis terutama dalam
usaha pemeliharaannya, jangan sampai punah atau hilang bersama dengan hilangnya
generasi sahabat. Mengingat pada sejarah awal Islam, hadis dilarang ditulis
dengan pertimbangan kekhawatiran percampuran antara al-Quran dan hadis sehingga
yang datang kemudian sulit untuk membedakan antara hadis dan al-Quran[2].
Dalam
berbagai riwayat menyebutkan bahwa kalangan sahabat pada masa itu cukup banyak
yang menulis hadis secara pribadi. Akan tetapi kegiatan penulisan tersebut
selain dimaksudkan untuk kepentingan pribadi juga belum bersifat massal[3].
Atas kenyataan
inilah maka ulama hadis berusaha membukukan hadis Nabi. Dalam proses pembukuan,
selain harus melakukan perjalanan untuk menghubungi para periwayat yang
terbesar diberbagai daerah yang jauh, juga harus mengadakan penelitian dan
penyelesaian terhadap suatu hadis yang akan mereka bukukan. Karena
itu proses pembukuan hadis secara menyeluruh mengalami waktu yang
sangat panjang.
Adapun
sejarah penulisan hadis secara resmi dan massal dalam arti sebagai kebijakan
pemerintah barulah terjadi pada masa pemerintahan khalifah Umar Bin Abdul Aziz
tahun 100 hijriyah, dengan alasan beliau khawatir terhadap hilangnya hadis nabi
bersamaan dengan meninggalnya para ulama dimedan perang dan
juga khawatir akan bercampurnya hadis-hadis sahih dengan hadis-hadis
palsu.
Dipihak
lain bahwa dengan semakin meluasnya daerah kekuasaan Islam, sementara kemampuan
antara tabi’in yang satu dengan lainnya tidak sama, maka dengan jelas
memerlukan adanya kodofikasi atau pembukaan hadis[4].
Sepanjang
sejarah, hadis-hadis yang tercantum dalam berbagai kitab hadis, setelah melalui
proses penelitian yang sangat rumit, baru menghasilkan hadis yang diinginkan
oleh para penghimpunnya. Sebagai implikasi dari penyeleksian dan pembukuan
hadis-hadis tersebut maka muncullah berbagai kitab hadis dengan
berbagai macam corak dan metode seperti kitab Al Muwatta (al- musannaf),
kitab ṣahih, kitab sunan, kitab musnad, kitab jami’,
kitab ajza’ dan kitab aṭraf, dan lain-lain. Kitab-kitab inipun
merupakan implikasi dari nuansa dan perbedaan penyusunan dalam menggunakan
pendekatan metode, kriteria dan teknik penulisan. Dalam usaha pembukuan hadits,
tentunya para ulama berbeda dalam memilih metode yang digunakan
sesuai dengan argumen dan latar belakangnya yang berbeda-beda.
Memang
banyak metode-metode yang digunakan oleh ahli hadis dalam menyusun kitab
hadisnya. Namun pada makalah ini, kami hanya akan menjelaskan mengenai metode
ajza’ dan atraf sebagaimana yang ditugaskan pada kami.
II. Kitab Ajza’
Ajza’
menurut istilah muhaddisin adalah kitab yang disusun untuk menghimpun
hadis-hadis yang diriwayatkan oleh satu orang, baik dari generasi sahabat
maupun dari generasi sesudahnya. Seperti Juz Hadits Abu Bakar dan Juz
Hadits Malik.
Pengertian
yang lain adalah kitab hadis yang memuat hadis-hadis tentang tema-tema
tertentu, seperti al-juz’u fī Qiyām al-lailiy, karya Al-Marwazi,
Fawaidul Hadisiyah, juga kitab Al-wildan karya Imam Muslim , [5]Ajza' mengenai shalat dhuha oleh
As-Suyuti dan yang lainya.
v Metode Kitab Ajza’
Kitab hadis yang disusun dengan metode ajza’
biasanya berupa kitab kecil yang berisi kumpulan riwayat seorang perawi
hadis, atau yang berkaitan dengan satu permasalahan secara terperinci, seperti
:[6]
1. Juz’u Ma Rawahu Abu Hanifah `an al-Ṣahabah,
karya Ustadz Abu Ma’syar Abdul Karim Ibn Abd al-Ṣamat al-Țabari.
2. Juz’u
Raf’il Yadain fī al-Ṣalat, karya al-Bukhari.
v Manfaat Metode Kitab Ajza’
Tujuan penulisan kitab dengan metode
ini di antaranya adalah:
1.
Untuk membuktikan sesuatu perkara itu tsabit
daripada Rasulullah Ṣalla Allah Alayhi wa Sallam dengan mengumpulkan
berbagai riwayat tanpa mengira kedudukan hadis-hadis tersebut.
III. Kitab Aṭraf
Kitab
Aṭraf merupakan kitab yang hanya menyebutkan sebagian hadis yang dapat
menunjukkan lanjutan hadits yang dimaksud, kemudian mengumpulkan seluruh sanadnya
baik sanad satu kisah ataupun sanad dari beberapa kitab. Para penulis
biasanya menyusun urutannya berdasarkan musnad para ṣahabat dengan susunan
nama sesuai huruf-huruf hijaiyah, lalu menyebutkan pangkal hadits yang dapat
menunjukkan ujunngya, seperti hadits nabi: “Kullukum ra`in…”, “Buniyal
Islamu ‘Ala Khamsin…”, dan “Al-Imanu Bidh’un wa Sab’una Syu’batan…”,
demikian seterusnya.
v Contoh Dalam Kitab تحفة الأشراف على معرفة الأطراف
Dalam kitab ini pengarang (Abu al-Hajjaj Yusuf bin
Abdurrahman al-Mizzi) menggunakan
rujukan utama Kutūb al-Sittah (Ṣahih Bukhari dan Muslim, serta sunan
Abu Dawud, Nasa’i, Tirmiḍi, dan Ibnu Majjah) dan menambahkan rujukan tambahan
yaitu kitab Marāsil karya Abu Dawud, Muqaddimah Kitab Muslim, al-Ilāl
karya Tirmiḍi, al-Musyammil lahu, Syamāil lahu, `Amālu al-Yaum karya
Imam Nasa’i).[8]
Dalam kitab ini pengarang juga membuat kategori
tertentu untuk menyebutkan suatu periwayatan hadis, misalnya :
-
ع untuk hadis yang diriwayatkan oleh imam dalam Kutūb
al-Sittah.
-
خ untuk hadis yang diriwayatkan oleh imam Bukhari
-
م untuk hadis yang diriwayatkan oleh imam Muslim
-
ت untuk hadis yang diriwayatkan oleh imam Tirmiḍi
-
س untuk hadis yang diriwayatkan oleh imam Nasa’i
-
ق untuk hadis yang diriwayatkan oleh imam Baihaqi
-
د untuk hadis yang diriwayatkan oleh imam Abu Dawud
Kemudian dalam penulisannya, pengarang menyusun hadis
dengan mengelompokkan nama sahabat sesuai urutan huruf hujaiyyah. Misalnya untuk
huruf الف pengarang memasukkan nama-nama sahabat yang
meriwayatkan hadis yang nama depannya dengan huruf الف seperti Abyaṭ, Abi al-Lahmi, Ubay bin Umarah dan
Ubay bin Ka’ab. Begitu seterusnya, imam mengelompokkan nama sahabat sesuai
huruf awalnya.
Dalam menyebutkan hadis, pengarang hanya menyampaikan
potongan hadis tertentu kemudian memberikan keterangan-keterangan untuk
nantinya bisa dilacak dalam kitab induknya. Untuk contohnya adalah sebagai
berikut :[9]
[د ت س ق] حديث أنّه وفد إلى
النبيّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فاستقطعه الملح الذي بمأرِب...... الحديث
د في الخراج (36) عن قتيبة بن سعيد، ومحمد بن المتوكل العسقلانيّ، كلاهما
عن محمد بن يحيى بن قيس المأربيّ، عن أبيه، عن ثُمامة بن شراحيل، عن سمى بن قيس،
عن شَمير بن عبد المَدان، عن أبيض بن حمّال به
ت في الأحكام (39) عن قتيبة، ومحمد بن يحيى بن أبي عمرِ، كلاهما عن محمّد
بن يحيى بن قيس، بإسناده وقال : غريب ك س في إحياء الموات (في الكبرى) عن إبراهيم
بن هارون، عن محمد بن يحيى بن قيس به، وعن سعيد بن عمرو، عن بقيّة، عن عبد الله بن
المبارك، [ص:8] عن معمر، عن يحيى بن
قيس المأربيّ، عن أبيض بن حمّال به. وعن سعيد بن عمرو،
عن بقيّة، عن سفيان، عن معمر نحوه. قال سفيان : وحدّثني ابن أبيض بن حمّال، عن
أبيه، عن النبيّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بمثله. وعن عبد السلام بن
عتيق، عن محمد بن المبارك، عن إسماعيل بن عيّاش وسفيان بن عُيينة، كلاهما عن عمرو
بن يحيى بن قيس المأربيّ، عن أبيه، عن أبيض بن حمّال نحوه.
ق في الأحكام (78) عن محمد بن يحيى بن أبي عمر، عن فَرَج بن سعيد بن علقمة
بن سعيد بن أبيض بن حمّال عن عمّه ثابت بن سعيد، عن أبيه سعيد، عن أبيه أبيض نحوه.
ك حديث
س في رواية ابن الأحمر ولم يذكره أبو القاسم.
Dalam contoh tersebut, sebelum menyampaikan sepenggal
hadis, pengarang memberikan tanda [د
ت س ق], ini memberikan petunjuk bahwa hadis yang disampaikan itu
diriwayatkan oleh imam Abu Dawud, Tirmiḍi, Nasa’i dan Baihaqi. Selain itu
pengarang juga memberikan keterangan sanad dari masing-masing periwayat hadis
setelah menyebutkan hadisnya.
v Kitab-kitab Aṭraf yang terkenal
Di
antara Kitab-kitab Athraf yang terkenal adalah:[10]
-
Athrafu Ash-Shahihain karya Muhamad Khalaf bin Muhammad Al-Wasithi
(wafat 401 H).
-
Al-Isyraf ‘Ala Ma’rifati Al-Athraf atau Athraf As-Sunan Al-Arba’ah
karya Al-Hafizh Abul Qasim Ali bin Hasan dikenal sebagai Ibnu Asakir.
-
Tuhfatul Asyraf bi Ma’rifatil Athraf atau Athraf Al-Kutub As-Sittah
karya Al-Hafizh Abul Hajjaj Yusuf bin abdurrahman Al-Mizzi (wafat 742 H).
-
Ithaful Muharah bin Athrafil Asyarah, karya Al-Hafizh Ahmad bin Ali Ibnu
Hja Al-Asqalani (wafat 852 H). Al-Asyarah atau kitab yang sepuluh
adalah: Al-Muwaththa’, Musnad Asy-Syafi’ie, Musnad Ahmad, Musnad Ad-Darimi,
Shahih Ibnu Khuzaimah, Muntaqa Ibnul Jarud, Shaih Ibnu Hibban, Mustadrak
Al-Hakim, dan Sunan Ad-Daruquthni.Jumlahnya menjadi 11 karena Shahih Ibnu
Khuzaimah hanya berisi seperempatnya saja.
-
Athraf Al-Masanid Al-Asyarah, karya Abul Abbas Ahmad bin Muhammad
Al-Buwaishiri (wafat 840 H). Al-Asyarah atau munad yang sepuluh adalah: Musnad
Abu Dawud At-Thayalisi, Musnad Abu Bakar Al-Humaidi, Musnad Musaddad bin
Musarhad, Musnad Muhammad bin Yahya Al-Adani, Musnad Ishaq bin Rawaih, Musnad Abu
Bakar bin AbiSyaibah, Musnad Ahmad bin Mani’, Musnad ‘Abd bin Humaid, Musnad
Al-Harits bin Muhammad bin Abi Usamah, dan Musnad Abi Ya’la Al-Mushili.
-
Dzakha’ir Al-Mawarits fi Ad-Dalalah ‘Ala Mawadhi’ Al-Hadits, ini
merupakan kumpulan athraf kutubus sittah dan Muwaththa’ Imam Malik, karya Abdul
Ghani An-Nabulsi (wafat 1143 H).
IV. Masa Munculnya Metode Ajza’ dan Aṭraf[11]
Abad ke-4 adalah abad pemisah
pengertian Ulama hadist Mutaqoddimin dan Ulama hadist Mutaakhirin. Sampai pada
abad ke-3 Hijjriyah para Ulama Hadist telah berjasa dalam mentadwinkan
hadist, sehingga hadist tersebar keseluruh pelosok kekuasaan Islam telah
melakukan penulisan, analisa serta mengkristalkan hadist dari hadist palsu dan
tercampur baur dengan fatwa sohabat maupun tabi’in sehingga mereka dapat
memisahkan mana hadist shohih, hasan, dan dhoif, serta dapat menentukan mana
yang maqbul dan mana yang mardud. Mereka oleh Muhaddisin berikutnya
dipandang Ulama senior yang mereka juluki dengan penghormatan “Ulama Mutaqoddimin”. Sedangkan
Ulama hadist berikutnya mereka berikan predikat “Ulama Muta-Akhirin”.
Para Ulama Muta-Akhirin
melakukan usaha penulisan hadist dengan cara menuqil (memindahkan) hadist dari
kitab-kitab yang disusun oleh Ulama Mutaqoddimin. Kitab-kitab msyhur yang
ditulis pada abad ke-empat ini adalah : 1.Mu’jam
Al-Kabir, 2. Mu’jam Al-Ausath, dan 3. Mu’jam Al-Shoghir.
Ketiga kitab ini ditulis oleh: imam Sulaiman bin Ahmada At-Tobarony” (meninggal
tahun 360 H.) 4. Sunan Ad-Daru Quthny karya Imam Abdul Hasan bin Umar bin Ahbad
Addaruquthny (306 – 385), 5. Shohih Abi Awwanah karya Abu ‘Awwanah Ya’qub bin
Ishaq bin Ibrohim Al-Asfaroyiny (wafat 354 H.) dan 6. Shohih Ibnu Huzaimah
karya Ibnu Huzaimah Muhammad bin Ishaq (wafat 311 H).
Kitab-kitab
Muta-Akhirin ini lebih cebnderung kepada teknik penulisan antara lain ada yang
cenderung menampilkan Hadist-hadist hukum seperti : 1. Sunanul Kubro karya Abu
Bakar Ahmad bin Husein Ali Al-Balhaqi (384 – 458 H.), 2. Muntaqol Akhbar karya
Majduddin Al-Harrany (wafat 652 H.), 3. Nailul Author syawah Mutaqol Akhbar
oleh Muhammad bin Ali As-Syaukany (1171 – 1250 H).
Ada
juga kumpulan hadist-hadist targhib wat tarhib seperti : 1.
Attarghib wat Tarhib oleh Imam Zakiyuddin ‘Abdul ‘Adzin Almundziry (wafat 656
H.), 2. Riyadhus Sholihin oleh Imam Muhyiddin Abi Zakariya An-Nawawy (wafat 676
H.) dan 3. Dalilul Fa-Lihin oleh Ibnu ‘Allan Assiddiqy (wafat 1057 H.).
Ada
juga yang menyusun hadist dalam rangka membuat kamus hadist yaitu : 1. Dakha-irul Mawa-rist
Fid Dala-lati ‘Ala Mawa-dhi’il Ahādist oleh
Al-Alla-mah As-Syayyid Abdul Ghani Al-Maqdisy An-Nabulisy di dalamnya terdapat
kitab atrof, Kutubus Sittah
& Al-Muwattho (1143 H.), 2. Alja- Mi’us Shoghir Fi Ahadistil Nadzir Basyir oleh Imam
Jamaluddin As-Suyuthy (849 – 911 H.), 3. Al-Mu’jamal Mafahros Ilaifadziil
Hadistin Nabawy oleh Dr. A.J. Winsinc dan 4. Miftah Kunujis Sunnah oleh Ustdz
Muhammad Fuadz Abdul baqi.
V. Kesimpulan
Ajza’
adalah kitab yang disusun untuk menghimpun hadis-hadis yang diriwayatkan oleh
satu orang, baik dari generasi sahabat maupun dari generasi sesudahnya. Seperti
Juz Hadits Abu Bakar dan Juz Hadits Malik. Selain itu, Ajza’ juga
bisa dikatakan sebuah kitab hadis yang memuat hadis-hadis tentang tema-tema
tertentu, seperti al-juz’u fī Qiyām al-lailiy, karya Al-Marwazi,
Fawaidul Hadisiyah, juga kitab Al-wildan karya Imam Muslim, Ajza' mengenai shalat dhuha oleh
As-Suyuti dan yang lainya.
Kitab
hadis yang disusun dengan metode ajza’ biasanya berupa kitab kecil yang
berisi kumpulan riwayat seorang perawi hadis, atau yang berkaitan dengan satu
permasalahan secara terperinci.
Sedangkan
kitab Aṭraf merupakan kitab yang hanya menyebutkan sebagian hadis yang
dapat menunjukkan lanjutan hadits yang dimaksud, kemudian mengumpulkan seluruh sanadnya
baik sanad satu kisah ataupun sanad dari beberapa kitab. Para penulis
biasanya menyusun urutannya berdasarkan musnad para ṣahabat dengan
susunan nama sesuai huruf-huruf hijaiyah, lalu menyebutkan pangkal hadits yang
dapat menunjukkan ujunngya. Selain itu juga menambahkan keterangan-keteranagan
sanad dari masing-masing periwayat hadis.
Daftar
Pustaka
Ahmad,
Arifuddin, Paradigma Baru Memahami Hadis Nabi, Jakarta :Insang
Cemerlang,tth.
al-Siba’iy,
Mustafa, Al-Sunnah Wa Makanatuh Fi Altasyriy’ Al-Islami, diterjemahkan
oleh Nur Kholis Majid dengan judul Sunnah Dan Peranannya Dalam Penetapan
Hukun Islam :Sebuah Pembelaan Kaum Sunni, Jakarta : Pustaka Firdaus,1992.
al-Qaṭṭan, Manna’
Khalil, Pengantar Studi Ilmu Hadis, terj. Mifḍal Abdurrahman, Jakarta
Timur : Pustaka al-Kauthar, 2014.
Al-Shalih,
Subhi, Ulumul Hadis Wa Mustalahuhu, Dār Al-Ilm Al-Malayin,1988.
Al-Shiddiqiiy,
M. Hasbi, Pokok-Pokok Ilmu Dirayah Hadis,Jakarta :Bulan
Bintang,tth. jilid 2, cet. VIII.
http://www.darulkautsar.com/penghadis/kitabhadis.htm (diakse pada 10 Maret 2015).
Suparta, Munzier, IlmunHadis, Jakarta
:PT Raja Grapindo Prasada,2006
Yusuf,
Abu al-Hajjaj, Tuhfatu al-Asyrāf `alā Ma`rifati al-Asyrāf, t.np: Dār
al-Kutub, 1983.
[1]
Arifuddin Ahmad, Paradigma Baru Memahami Hadis Nabi, (Jakarta
:Insang Cemerlang,tth),63.
[2]
Mustafa al-Siba’iy, Al-Sunnah Wa Makanatuh Fi Altasyriy’ Al
Islami, diterjemahkan oleh Nur Kholis Majid dengan judulSunnah Dan
Peranannya Dalam Penetapan Hukun Islam :Sebuah Pembelaan Kaum Sunni, (Jakarta
: Pustaka Firdaus,1992),32.
[3]
Subhi Al-Shalih, Ulumul Hadis Wa Mustalahuhu,(Dar Al-Ilm
Al-Malayin,1988)24.
[5] M. Hasbi
As Shiddiqiiy, Pokok-Pokok Ilmu Dirayah Hadis,(Jakarta :Bulan
Bintang,tth) jilid 2, cet. VIII, h.325.
[6] Manna’ al-Qaṭṭan,
Pengantar Studi Ilmu Hadis, terj. Mifḍal Abdurrahman, (Jakarta Timur :
Pustaka al-Kauthar, 2014) 62.
Metode Kitab Ajza’ Dan Ațraf >>>>> Download Now
BalasHapus>>>>> Download Full
Metode Kitab Ajza’ Dan Ațraf >>>>> Download LINK
>>>>> Download Now
Metode Kitab Ajza’ Dan Ațraf >>>>> Download Full
>>>>> Download LINK