1735262163458753
Loading...

DINAMIKA KITAB AL-MUSNAD DAN AL-MU’JAM

DINAMIKA KITAB AL-MUSNAD DAN AL-MU’JAM
Oleh: Ahmad Pauji, Nor Ahmad Azid, Afrodu Anas Mubarak

I.       Pendahuluan
Hadits merupakan perkataan sesuatu ilmu yang menerangkan segala yang disandarkan kepada Nabi, baik berupa perkataan, perbuatan, taqrir, maupun sifat beliau, juga yang menjadi sumber hukum Islam yang kedua setelah Al-Qur’an. Namun di satu sisi hadis berbeda dengan Al-Qur’an, yaitu yang membedakan ialah karena Al-Qur’an telah dihimpun dalam satu mushaf pada zaman sahabat sedangkan hadits tidak. Pada masa sahabat hingga tabi’in hadis hanya disampaikan dan diajarkan tanpa ada pangumpulan teks-teks hadis dalam satu mushaf atau kitab.
Hal ini berlanjut hingga sekitar abad 1-2 H di mana para ‘ulama mutaqaddimin mulai melakukan perjalanan, mujahadah, serta riyadhah dalam mengumpulkan sabda Nabi. Dari para ulama di bidang hadis bermunculan nama-nama besar yang sangat terkenal akan jasa mereka dalam mengumpulkan hadits. Antara lain mereka yang masuk dalam kategori kutub sittah.
Tapi tidak dipungkiri di luar nama-nama mereka yang mashur dalam kutub sittah dan tis’ah masih banyak ulama-ulama lain yang juga mengumpulkan hadits-hadits dan menyusunnya dalam kitab-kitab mereka.
Sejalandengan perkembangan sejarah pengumpulan kitab-kitab hadis, ada beberapa metode yang ditempuh ulama, diantaranya, metode jâmi’, sunan, muwaṭṭa’at, mustadrak, mustakhraj, musnad, mu’jam, atraf dan lain sebagainya. Para ulama dalam menentukan pilihan metode dan sistematikanya tentu saja dilandasi berbagai argumentasi dan latar belakang yang berbeda-beda. Namun dalam satu sisi metode dan sestematika penyususan kitab-kitab hadis ada yang mempunyai persamaan antara yang satu dengan yang lain. Termasuk diantaranya adalah Ahmad Ibnu Muhammad ibn Hanbalibn Hilal al-Shaybâni al-Marwazi al-Baqdadi (Imam Ahmad bin Hanbal) yang menulis kitab al Musnad atau yanglebih terkenalnya disebut dengan Musnad Imam Ahmad, danSulaiman bin Ahmad bin Ayyub bin Muthair al-Lakhmi al-Yamani al-Thabrani. Kunyahnya Abu al-Qasim (Imam Tabrani) yang juga menulis sebuah kitab al-Mu'jam, terkenal dengan sebutan mu’jam al-Tabrani.Maka dari sinilah kami akan menjelaskan pengarang kitab musnad dan mu’jam dari segi biografi, metode, sestematika, dan pandangan ulama terhadap kedua kitab tersebut, sehingga bisa dapat mengetahui perbedaan dan persamaan kedua kitab tersebut.
I.          Kitab Musnad Imam Ahmad
A.        Definisi Kitab Musnad
Kiab-kitab hadis yang di karang oleh pengarang-pengarang mengikuti kitab musnad, nama para sahabat maksudnya mengumpulkan hadist-hadis setiap  sahabat dengan satu cara. atau kitab yang di dalamnya hadis disebutkan dengan susunan sahabat sekiranya mencocoki pada huruf hijaiah atau mecocoki pada orang yang pertama masuk islam dan lain-lain.
B.        Biografi
Imam Ahmad, (nama lengkapnya adalah Abu Abdullah Ahmad bin Muhammad bin Hilal Asad Ash-Shaybâni al-Marwazy, dikenal juga sebagai Imam Hambal), lahir di Marw (saat ini bernama Mary di Turkmenistan, utara Afgahanistan dan Utara Iran) pada tanggal 20 Rabiul Awal 164 H/781 dan wafat pada tahun 241 H di Kota Baghdad, Irak. Menurut Abdul Majid Khon dalam bukunya, “Tahkrîj Metode dan Memahami Hadis”, berpendapat bahwa Ahmad bin Hambal dilahirkan di Baghdad pada 20 Rabi’ul Awwal 194 Hijriyah (780) tanggal 20. Ia sebenarnya brasal dari Marw. Ketika ibunya (Shafiyah binti Maimunah binti Abdil Malik Al-Syaibani, mengandung, ia pergi ke Baghdad kemudian melahirkan di sana. Sementara itu, ayahnya wafat pada usia 30 tahun.  Dalam kitab manhil al-Latif, ayah Ahmab bin Hambal berasal dari Sarjis.
Sedangkan dalam sebuah buku yang berjudul “Ikhtisar Mushthalahul Hadits”, menjelaskan bahwa Imam Ahmad bin Hambal pulang ke rahmatullah pada hari Jum’at, bulan Rabiul Awal, tahun 241 H (885 M) di Baghdad dan dikebumikan di Marw. Sebagian ulama menerangkan bahwa di saat meninggalnya, jenazahnya diantar oleh 800.000 orang laki-laki dan 60.000 orang perempuan dan suatu kejadian yang menakjubkan di saat itu, pula 20.000 orang dari kaum Nasrani, Yahudi dan Majusi masuk agama Islam.[1]
Di kota Baghdad pula, ia dibesarkan dan sebagian besar pengembangan karir keilmuannya dilakukan di kota ini. Sejak beliau baru berumur 16 tahun. Pada masa selanjutnya ia mengambil spesialis di bidang hadis. Sejak itu, ia selalu berpindah pindah dari satu negeri ke negeri lainnya untuk mencari riwayat. Ia pernah pergi ke Yaman untuk mendengar hadis dari Abd Ar-Razaq, ke Kufah, Basrah al-Jazirah, Mekkah, Madinah, dan Sham (Syiria). Sejak itulah, ia dikenal luas paling mengetahui tentang athar sahabat dan tabi’in, di samping kecermatan dan ketelitiannya yang sempurnah dalam menyeleksi periwayatan-periwayatan yang ia terima.[2] Dari perantauan ilmiah inilah, beliau mendapatkan guru-guru hadis yang kenamaan, antara lain, Sufyan ibn Uyainah, Ibrahim bin Sa’ad, Yahya bin Qaththan dan ulama-ulama lain. Adapun ulama-ulama besar yang mengambil ilmu dari padanya atau orang yang meriwayatkan hadis darinya, dintaranya al-Bukhari, Muslim, Ibnu Abid Dunya, Ahmad bin Abil-al Hawarimy, Abu Dawud, Waki ibn al-Jarrah, Yahya ibn Adan al-Kufi, Ali ibn al-Madini. Di antaranya mereka, terdapat juga guru dan temannya.[3]
Ahmad ibn Hambal telah banyak meriwayatkan hadis yang berasal dari beberapa tokoh kenamaan. Riwayat itu diantaranya berasal dari Bisyir al-Mufadhal ar-Raqqasi, Sufyan ibn Uyainah, Yahya ibn Said al-Qttani, Abd Ar-Razaq ibn Humman Ash-Shan’ani, Sulaiman ibn Dawud Ath-Thayalisi, Ismail ibn Ulayah Mu’tamar ibn Sulaiman al-Basri. Ahmad ibn Hanbal juga dikenal juga sebagai ulama penulis. Ia mempunyai banyak karangan, dinataranya kitab al-Ilal, al-Zuhd, Tafsir an-Nasikh wa al-Mansukh, Fadhail ash-shahâbat, dan kitab Asyribah. Kitab yang paling masyhur, terbesar adalah kitab al-Musnad al-Kabir. Di dalamnya terdapat 18 musnad, yang diawali dengan musnad al-Asyrah (sepuluh sahabat yang di jamin masuk surge).[4] Dalam kitab ini juga berisikan 40.000 buah hadis, yang sepuluh ribu dari jumlah tersebut merupakan hadits ulangan. Sesuai dengan masanya, maka kitab hadis tersebut belum diatur bab per bab. Sehingga ulama ahli hadis yang terkenal di Mesir, Ahmad bin Muhammad Syakir, berusaha menyusun daftar isi kitab musnad tersebut dengan nama fihris Musnad Ahmad.[5]
A.    Tipe Atau Metode Penyusunan Kitab Musnad Ahmad
kitab hadis yang disusun berdasarkan nama-nama sahabat yang meriwayatkannnya menggunakan tipe musnad.  Hadis-hadis yang diriwayatkan oleh sahabat tertentu dikelompok menjadi satu, demikian pula hadis-hadis yang diriwayatkan oleh sahabat yang lain. Misalnya hadis-hadis yang diriwayatkan oleh Abu Hurayrah dikumpulkan menjadi satu tanpa membedakan topik dan kandungannya. Demikian pula hadis-hadis yang diriwayatkan oleh Ibn ‘Abbas, dan seterusnya. Urutan nama-nama sahabat dalam musnad itu sebagian berdasarkan huruf hijaiah (alfabetis), ada yang berdasarkan pada kabilah dan suku, serta sebagian yang lain berdasar yang terlebih dahulu masuk Islam, atau berdasar Negara di mana mereka lahir dan tinggal.[6]
Dengan kata lain, tipe Musnad digunakan dalam kitab yang menghimpun hadis-hadis berdasar nama sahabat. Menurut sebagian ahli hadis, tipe musnad adalah tipe penyusunan kitab hadis berdasarkan bab-bab fiqh atau berdasarkan huruf-huruf hijaiah, tidak berdasarkan nama sahabat, karena pada dasarnya hadis riwayat sahaabat bernilai musnad dan marfu’, seperti musnad al-Bayhaqi ibn Makhlaq al-Andalusi (w. 276 H) yang disusun berdasar bab- fiqh.[7]
Karakteristik kitab-kitab hadis yang ditulis berdasar tipe musnad sebagai berikut:
1.      Disusun berdasarkan nama-nama sahabat yang meriwayatkan hadis.
2.      Hadis-hadis yang diriwayatkan oleh sahabat tertentu dikelompokkan menjadi satu, demikian pula hadis-hadis yang diriwayatkan oleh sahabat yang lain.
3.      Urutan nama-nama sahabat dalam musnad itu sebagian berdasarkan huruf hijaiah (alfabetis), ada yang berdasarkan pada kabilah dan suku, serta sebagian yang lain berdasar yang terlebih dahulu masuk islam, atau berdasar Negara di mana mereka lahir atau tinggal.
4.      Sebagian tipe musnad disusun berdasarkan bab-bab fiqh atau berdasarkan huruf-huruf hijaiah.
B.     Sistematika Penysusanan
Kitab yang tebal ini dicetak sebanyak 6 jilid dan dipinggirnya terdapat kitab kanzul ummah  yang dicetak di Mesir pada tahun 1313 H. Sebagaimana dicetak di india. dan merupakan hal penting untuk mentahqîk kitab tersebut dan mentahkrij hadis (meneliti),oleh  karena itu syaikh Akhmad Muhammad Syakir  salah satu ulama hadis di Mesir sekarang melakukan perkerjaan penting tersebut. Dia mentakhrijhadis-hadisnya (Ahmad) dan memberikan nomer dan daftar isi dan beliau berkhidmah kitab musnad ini. Beliau juga memberikan catatan kaki yang begitu berharga, manfaat dan membantah  kesesatan-kesesatan yang dilakukan oleh beberapa oknum yang berada didalama kitab ini. Kitab ini dicetak sebanyak 15 juz. Yang sedang mendekati 1/3 juz atau sepertiga juz yang ada dalam kitab asalnya, hanya saja beliau wafatsebelum menyempurnakannya.
C.    Kualitas kitab musnad
Ada beberapa pendapat ulama dalam masalah kualitas hadis musnadyaitu  :
1.      Sesungguhnya hadis yang ada di dalam hadis musnad merupakan hujjah
2.      Sesungguhnya dalam kitab hadis musnad itu ada yang shahih,zoif, dan maudhu’
3.      Hadis yang berada di dalamnya terdapat shahih dan dhaif yang mendekati hasan, tidak ada hadis dhaif.[8]
Bahkan Imam Suyuty berpendapat, bahwa seluruh hadis di kitabnya musnad ahmad itumaqbûl (dapat diterima).[9]
II.     Kitab Mu’jam al-Tabrani
A.    Definisi kitab mu’jam
Istilah para ulama dalam hadis adalah kitab yang didalamnya disusun hadis menurut musnad para sahabat, guru-guru,/syaikh, dan berdasarkan Negara atau lain-lain.Biasanya penyusunan nama-nama didalam kitab mu’jam itu mengikuti kitab dalam kamus (huruf hijaiah).[10]
B.     Biografi
Nama lengkap beliau adalah Sulaiman bin Ahmad bin Ayyub bin Muthair al-Lakhmi al-Yamani al-Thabrani. Kunyahnya Abu al-Qasim. Beliau dilahirkan di Akka pada tahun 260 H, bulan shofar, ditengah-tengah keluarga yang terhormat, dari kabilah Lakhm suku Yaman yang berimigrasi ke Quds (Palestina) dan menetap di sana. Sedangkan ibunya termasuk suku Akka.
Al-Thabrani mulai belajar hadis pada usia muda, ketika masih berumur 13 tahun, tepatnya pada tahun 273 H. Pada tahun 274 H, beliau berkelana ke Quds (Palestina) dan Syam untuk menghafal al-Qur’an dan belajar berbagai ilmu pengetahuan dan agama. Hal yang sama juga dilakukan di Qaisariyah pada tahun 274 H.Upaya untuk mencari ilmu terus dilakukan oleh al-Ṭabrâni dengan berkelana dari suatu tempat ke tempat yang lain. Ia mengunjungi Syiria, Hijaz, Yaman, Mesir, Irak, Iran, Semenanjung Arab Saudi, serta Afghanistan sekarang ini dan lain sebagainya disekitar negeri-negeri Persia. Ia menghabiskan waktu kurang lebih tiga puluh tahun dalam mempelajari hadis Nabi.
Al-Ṭabrâni juga mengunjungi Asfahan pada tahun 290 H. Setelah menyelesaikan studinya ke berbagai wilayah, beliau kembagi lagi ke Asfahan, dan menetap di sana sampai akhir hayatnya selama lebih dari setengah abad. Al-Ṭabrani meninggal di Asfahan pada 28 Zulqa’dah tahun 360 H dalam usia seratus tahun sepuluh bulan. Beliau dimakamkan di samping kubur Hamamah al-Dausi, seorang sahabat Rasulullah Ṣalla Allah ‘Alayhi wa Sallam.
Guru-guru beliau cukup banyak, bahkan menurut catatan al-Dhâbî mencapai lebih dari seribu orang. Diantaranya adalah Hasyim bin Murthid al-Thabrani, Ahmad bin Mas’ud al-Khayyat, ’Amr bin Abi Salmah al-Tunisi, Ahmad bin ’Abdillah al-Lihyani, ’Amr bin Tsaur, Ibrahim bin Abi Sufyan, Abi Zur’ah al-Dimasyqi, Ishaq bin Ibrahim al-Dabiri, Idris bin Ja’far al-’Athar, Basyar bin Musa, Hafsh bin Umar, ’Ali bin ’Abdil ’Aziz al-Bagawi, Miqdam bin Dawud al-Ru’Yani, Yahya bin Abi Ayyub al-’Allaq, 'Abdullah bin Muhammad bin Sa'id bin Abi Maryarn, Ahmad bin ‘Abdul Wahhab al-Hauthi, Ahmad bin Ibrahim bin Fil al-Balisi, Ahmad bin Ibrahim al-Busri, Ahmad bin Ishaq bin Ibrahim bin Nabith al-Asja'i dan lain-lain.
Sedangkan rnurid-muridnya antara lain; Ahmad binMuhammad bin Ibrahim al-Sahhaf, Ibn Mandah, Abu Bakar bin Mardawih, Abu ‘Umar Muhammad bin al-Husain al-Basthami, Abu Nu'aim al-Ashbahani, Abu al-Fadl Muhammad bin Ahmad al-Jarudi, Abu Sa’id al-Naqqas, Abu Bakar bin Abi ‘Ali al-Dzakwani, Ahmad bin ‘Abdirrahman al-Azdi, Abu Bakar Muhammad bin Zaid dan lain sebagainya. Al-Thabrani juga mempunyai beberapa guru yang pada kesempatan lain rnenjadi muridnya, di antaranya Abu Khalifah al-Jumahi dan al-Hafidh ibn ‘Uqdah.
Beberapa ulama telah mernberi komentar terhadap pribadi al-Thabrani. Al-Hafidh Abu al-‘Abbas ibn Mansur al-Syirazi mengemukakan bahwa dirinya telah menulis 300.000 hadis dari al-Thabrani dan ia tsiqah. Sedangkan menurut Abu Bakar bin Abi ‘Ali bahwa al-Thabrani orang yang terkenal ilmunya, pengetahuannya luas dan banyak karya-karyanya, dan konon di akhir hayatnya ia buta. Sedangkan menurut Sulaiman bin Ibrahim, al-Thabarani adalah seorang penghafal hadis sekitar 20.000 sampai 40.000 hadis.
Adapun menurut Abu ‘Abdillah ibn Mandah bahwa al-Thabrani adalah salah satu penghafal yang sangat terkenal. Sedangkan menurut Abu al-Husain Ahmad bin Faris al-Lugawi yang dinisbatkan kepada Ibn al-Amid, al-Thabrani dalam hal hafalan lebih unggul dibanding al-Ji’abi, sedangkan Abu Bakar sendiri lebih unggul dari pada al-Thabrani dalam hal kepintaran dan kecerdasannya.[11]
C.    Metode Penyusunan
Kitab hadis yang disusun berdasarkan nama-nama para sahabat, guru-guru hadits, negeri-negeri dan lain-lain menggunakan tipe mu’jam. Biasanya nama-nama tersebut disususun berdasarkan huruf mu’jam(  alfabetis), jamaknya ma’ajim. Dengan kata lain mu’jam adalah kitab yang disusun berdasarkan nama-nama sahabat, guru-guru, negara, kabilah dan lain-lain yang umumnya susunan nama sahabat itu berdasarkan huruf hijaiyah. Karakstik kitab mu’jamadalah :
1.      Disusun berdasarkan nama-nama sahabat, guru-guru hadits, Negeri-negeri dan lain-lain.
2.      Nama-nama terssebut disusun berdasarkan huruf  mu’jam(alfabetis).
3.      Kualitas hadist yang dihimpun beragam ada yang shahih, hasan, dan dha’if.
4.      Tidak disusun berdasar bab-bab fiqhiyah
5.      Sulit digunakan untuk mencari hadist berdasarkan topic tertentu.
D.    Sistematika Penysusanan
Kitab al-mu’jam al-Shagirkarya al-ṭabrâni ini dicetak menjadi dua juz oleh penerbit Dar al-fikr Beirut, cetakan kedua pada tahun 1981 M atau 1401 H. kitab in terdiri dari 279 halaman untuk juz I, dan bagian akhir yang merupakan juz II terdiri dari 222 halaman termasuk lima tema tambahan yaitu: risalah Ganiyyah al-Ama’i oleh Allamah al-Hafid Abi al-Tayyib Syams al-Haq al-‘Adim Abadi, al-Tuhfah al-Mardliyyah fi Hill Ba’dh Musykilat al-Hadisyyah oleh Syaikh Husain bin Muhsin al-Anshri al-Yamani, Sunniyyah Raf’ al-Yadain fi al-Du’a Ba’d al-Shalawat al_Maktubah liman sya’a, Risalah al-Kasyf lil Imam al-Suyuti fi Bayan al-Khuruj al-Mahdi, dan Taqrid al-Adabi Oleh Yusuf Husain ibn Muhammad al-Khanifri. Kitab ini di Tashih oleh Abdurrahman Muhammad Ustman dengan judul al-Mu’jam al-Shagir lil Tabarani lil Hafid Abi al-Qasim Sulaiman bin Ahmad bin Ayyub al-Lakhmi al-Thabrani.
Menurut informasi dalam muqadimmah kitab ini, kitab ini disusun berdasarkan priwayatan muridnya yaitu al-Syaikh Abu Bakar Muhammad bin Abdillah bin Zaid, sehingga menjadi sebuah kitab yang sampai kepada kita.
Berdasarkan inforamasi yang dikemukakan Abu Zahw jumlah jalur hadis dalam kitab al-Mu’jam al-shagir ini sebanyak 1500 hadis, sebagian ulama mengatakan kitab ini ternyata hanya memuat 1159 jalur periwayatan, dengan rincian zus I memuat 745 periwayatan dimulai dengan huruf alif sampai ke huruf  kaf. Sedangkan juz yang II memuat 410 jalur periwayatan dimulai dari huruf lam sampai huruf ya’, ditambah para prawi dengan nama kunyah dan prawi perempuan
E.     Kualitas kitab mu’jam
Abdul ‘Aziz al-Khuli di dalam kitab Miftah al-Sunnahmenjelaskan bahwa kitab al-Mu’jam al-Thabarani merupakan kitab hadis yang memuat hadis shahih, hasan dan da’if. Ia mempunyai banyak guru dalam periwayatan hadis kira-kira 1000 orang guru, dan ia juga seorang hafid hadis. Dalam upaya mencari hadis ia sering berkelana dari satu negeri ke negeri lain, kemudian hadis yang ia peroleh disusun dan dikumpulkan menjadi sebuah kitab hadis yang sampai ada sekarang.
Seorang orientalis, Sezgin mengatakan bahwa kebanyakan karya al-Ṭabrâni kurang mendapat tempat pada awal kemunculannya. Sedangkan menurut Azami, kitab al-Mu’jam al-Shagir banyak terdapat kesalahan dan kitab ini tidak menarik perhatian para ulama moderen. Namun Azami tidak menjelaskan letak kesalahan dan alasan-alasan tentang ketidak tertarikan para ulama moderen tersebut.[12]
III.  Kesimpulan
Dari uraian diatas, kami dapat menyimpulkan beberapa poin sebagai berikut:
1. Kitab Musnad
kitab yang di dalamnya hadis disebutkan dengan susunan sahabat sekiranya  mencocoki pada huruf hijaiah atau mecocoki pada orang yang pertama masuk islam.
2. Biografi
Imam Ahmad, (nama lengkapnya adalah Abu Abdullah Ahmad bin Muhammad bin Hilal Asad Ash-Shaybâni al-Marwazy, dikenal juga sebagai Imam Hambal), lahir di Marw (saat ini bernama Mary di Turkmenistan, utara Afgahanistan dan Utara Iran) pada tanggal 20 Rabiul Awal 164 H/781 dan wafat pada tahun 241 H di Kota Baghdad, Irak.
3. Tipe Atau Metode Penyusunan Kitab Musnad Ahmad
kitab hadis yang disusun berdasarkan nama-nama sahabat yang meriwayatkannnya menggunakan tipe musnad.
4. Kualitas Musnad
Ada beberapa pendapat ulama yaitu :
Sesungguhnya hadis yang ada di dalam hadis musnad merupakan hujjah.
Sesungguhnya dalam kitab hadis musnad itu ada yang shahih, zoif, dan maudhu’.
Hadis yang berada di dalamnya shahih dan dhaif yang mendekati hasan, tidak ada hadis maudu’.
5. Definisi Kitab M’jam
Istilah para ulama dalam hadis adalah kitab yang didalamnya disusun hadis menurut musnad para sahabat, guru-guru/syaikh, dan berdasarkan Negara atau lain-lain.
6. Biografi
Nama lengkap beliau adalah Sulaiman bin Ahmad bin Ayyub bin Muthair al-Lakhmi al-Yamani al-Thabrani. Kunyahnya Abu al-Qasim. Beliau dilahirkan di Akka pada tahun 260 H, bulan shofar, ditengah-tengah keluarga yang terhormat.
7. Metode Penyusun
Kitab hadis yang disusun berdasarkan nama-nama para sahabat, guru-guru hadits, negeri-negeri dan lain-lain menggunakan tipe mu’jam.
8. Kualitas Kitab Mu’jam
Abdul ‘Aziz al-Khuli di dalam kitab Miftah al-Sunnah menjelaskan bahwa kitab al-Mu’jam al-Thabarani merupakan kitab hadis yang memuat hadis shahih, hasan dan da’if.


















Daftar pustaka
Kattani (al), “al-Risâlah al-mustathrafah”, Damaskus: Dar al-Fikr, 1383.
Dîn (al), Nur, “manhaj al-naqd fî Ulûm al-Hadis”, Damaskus: Dâr al-Fikr, 1992.
Idri, “studi Hadis”, Jakarta: kencana, 2010.
Khaeruman, Badri, “Ulum al-Hadis”, Bandung: CV Pustaka Setia, 2014.
khaṭîb (al), Muhammad ajaj,“Uṣul al-Hadis”, Damaskus: Dar al-Fikr, 1971.
Khon, Abdul Majid, “Takhrîj Metode dan Memahami Hadis”, Jakarta: Amzah, 2014
Maliki (al), Muhammad bin Alwi, “al-minhad al-Latif”, Surabaya: as-Sofwah, ttp.
Qaththan (al), Manna’, “Mabahits fi ‘Ulumul al-Qur’an”, Beirut: Dar al-Kutub al-‘Arabi,ttp.
Rahman, Fatchur, “Ikhtisar Mushthalahul Hadts”, Bandung: PT Alma’arif,ttp.
Solahudin, Agus, “Ulumul Hadis”, Bandung: CV Pustaka Setia, 2008.
Tahân (al), Muhammad, “Uṣul al-Takhrîj wa Dirâsah al-asânîdh”, Riyâḍ: al-Maâ’rif, 1996.



[1] Fatchur Rahman, Ikhtisar Mushthalahul Hadits, (Bandung: PT Alma’arif, ttp), hal. 375
[2] Badri Khaeruman, Ulum al-Hadis, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2014I), hal. 249 lihat juga di Ikhtisar Mushthalahul Hadits, hal. 373
[3]Ibid, hal. 373-374 lihat juga di Ulum al-Hadis, hal. 249
[4] Ibid, hal. 249.
[5] Ibid, hal. 375.
[6]Manna’ al-Qaththan, Mabahits fi ‘Ulumul al-Qur’an, (Beirut: Dar al-Kutub al-‘Arabi, ttp), hal. 93.
[7]al-Kattani, al-Risâlah al-mustathrafah, (Damaskus: Dar al-Fikr, 1383), hal. 74-75.
[8]Muhammad bin Alwi al-Maliki, al-Hasani, al-minhad al-Latif, (Surabaya: as-Sofwah, ttp), hal.258.
[9] Muhammad ajaj al-khaṭîb, Uṣul al-Hadis, (Damaskus: Dar al-Fikr, 1971), hal. 328.
[10] Muhammad al-Tahân, Uṣul al-Takhrîj wa Dirâsah al-asânîdh, Riyâḍ:al-Maâ’rif, 1996), hal. 45. Lihat juga di Nur al-Dîn, manhaj al-naqd fî Ulûm al-Hadis, hal. 203.
[12] Ibid
Kumpulan Makalah 4435819567132897669

Posting Komentar

emo-but-icon

Beranda item

Popular Posts

Twitter

Random Posts

Jasa Pembuatan Makalah

Flickr Photo

Recent Comments