1735262163458753
Loading...

Mengenal Kitab Jami’ dan Ma Jami’

Mengenal Kitab Jami’ dan Ma Jami’
Oleh: Muhammad Ibdaul Hasan, Abdul Fatah Dan Ahmad Jalaluddin

I.       Pendahuluan
Dalam rentan waktu yang cukup panjang telah banyak terjadi pemalsuan hadis yang dilakukan oleh orang-orang dan golongan tertentu dengan berbagai tujuan.[1] Maka tidaklah mengherankan jika umat Islam sangat memberikan perhatian yang khusus terhadap hadis terutama dalam usaha pemeliharaannya, jangan sampai punah atau hilang bersama dengan hilangnya generasi sahabat. Mengingat pada sejarah awal Islam, hadis dilarang ditulis dengan pertimbangan kekhawatiran percampuran antara al-Quran dan hadis sehingga yang datang kemudian sulit untuk membedakan antara hadis dan al-Quran[2].
Dalam berbagai riwayat menyebutkan bahwa kalangan sahabat pada masa itu cukup banyak yang menulis hadis secara pribadi. Akan tetapi kegiatan penulisan tersebut selain dimaksudkan untuk kepentingan pribadi juga belum bersifat massal[3].
            Atas kenyataan inilah maka ulama hadis berusaha membukukan hadis Nabi. Dalam proses pembukuan, selain harus melakukan perjalanan untuk menghubungi para periwayat yang terbesar diberbagai daerah yang jauh, juga harus mengadakan penelitian dan penyelesaian terhadap suatu  hadis yang akan mereka bukukan. Karena itu proses pembukuan hadis secara menyeluruh  mengalami waktu yang sangat panjang.
Adapun sejarah penulisan hadis secara resmi dan massal dalam arti sebagai kebijakan pemerintah barulah terjadi pada masa pemerintahan khalifah Umar Bin Abdul Aziz tahun 100 hijriyah, dengan alasan beliau khawatir terhadap hilangnya hadis nabi bersamaan dengan meninggalnya para ulama dimedan perang dan juga  khawatir akan bercampurnya hadis-hadis sahih dengan hadis-hadis palsu.
Dipihak lain bahwa dengan semakin meluasnya daerah kekuasaan Islam, sementara kemampuan antara tabi’in yang satu dengan lainnya tidak sama, maka dengan jelas memerlukan adanya kodofikasi atau pembukaan hadis[4].
Sepanjang sejarah, hadis-hadis yang tercantum dalam berbagai kitab hadis, setelah melalui proses penelitian yang sangat rumit, baru menghasilkan hadis yang diinginkan oleh para penghimpunnya. Sebagai implikasi dari penyeleksian dan pembukuan hadis-hadis tersebut maka muncullah berbagai kitab hadis  dengan berbagai macam corak dan metode seperti kitab Al Muwatta (al- musannaf), kitab ṣahih, kitab sunan, kitab musnad, kitab jami’, kitab ajza’ dan kitab aṭraf, dan lain-lain. Kitab-kitab inipun merupakan implikasi dari nuansa dan perbedaan penyusunan dalam menggunakan pendekatan metode, kriteria dan teknik penulisan. Dalam usaha pembukuan hadits, tentunya para ulama berbeda dalam  memilih metode yang digunakan sesuai dengan argumen dan latar belakangnya yang berbeda-beda.
Memang banyak metode-metode yang digunakan oleh ahli hadis dalam menyusun kitab hadisnya. Namun pada makalah ini, kami hanya akan menjelaskan mengenai metode jami’ dan ma jami’ beserta dengan karakteristiknya. Sebagaimana yang akan aku paparkan.
II.    Mengenal Kitab Jâmi’ Masânîd wa Susan
A.    Biografi Pengarang
            Nama lengkapnya adalah Ismail bin Amr al-Qurasyi bin Kasir al-Basri ad-Dimasyqi. Beliau dilahirkan di Bushra tahun 700 H. Keluasaan ilmunya di bidang hadis, fiqih, sejarah, dan tafsir telah menempatkan dirinya sebagai ulama yang diperhitungkan dalam kancah keilmuan Islam.
            Beliau adalah imam yang mulia Abdul Fida Imaduddin Ismail bin Umar bin Katsir al-Quraisy al-Busharwi yang berasal dari kota Basharah, kemudian menetap di Damascus. Beliau lahir pada tahun 705 H dan wafat pada tahun 774 H. Beliau adalah seorang ulama yang terkenal dalam bidang tafsir, hadits, sejarah, dan fiqh. Beliau mendengar hadits dari ulama-ulama Hidjaz dan mendapat ijazah dari al-Wani serta mendapat asuhan dari ahli ilmu hadits terkenal di Suriah yaitu Jamaluddin Yusuf bin Zaki al-Mazi mertuanya sendiri. Ayahnya meninggal ketika beliau masih berusia 6 tahun, oleh karena itu sejak tahun 706 H beliau hidup bersama kakaknya di Damascus.
            Beliau juga berguru kepada Ibnu Taimiyah dan sangat mencintai gurunya itu. Sebagian ulama menggangap beliau sebagai salah seorang murid Ibnu Taimiyah yang paling setia dan paling gigih mengikuti pandangan gurunya dalam masalah fiqh dan tafsir.
           Tercatat guru pertama Ibnu Katsir adalah Burhanuddin al-Fazari, seorang ulama penganut mazhab Syafi'i. Ia juga berguru kepada Ibnu Taymiyyah di Damaskus, Suriah, dan kepada Ibnu al-Qayyim. Ia mendapat arahan dari ahli hadis terkemuka di Suriah, Jamaluddin al-Mizzi, yang di kemudian hari menjadi mertuanya. Ia pun sempat mendengar langsung hadis dari ulama-ulama Hijaz serta memperoleh ijazah dari Al-Wani.
            Tahun 1366, oleh Gubernur Mankali Bugha Ibnu Katsir diangkat menjadi guru besar di Masjid Ummayah Damaskus.
           Ulama ini meninggal dunia tidak lama setelah ia menyusun kitab Al-Ijtihad fi Talab al-Jihad (Ijtihad Dalam Mencari Jihad) dan dikebumikan di samping makam gurunya, Ibnu Taimiyah.
Dengan firman Allah di atas, maka menurut Ibnu Katsir wajib bagi ulama untuk menjelaskan makna-makna yang terkandung dalam firman Allah dan tafsirya.
B.     Karakteristiknya
            Kitab jami’ ini merupakan kumpulan beberapa hadis baik hadis itu diriwayatkan oleh sedikit orang atau banyaknya orang yang meriwayatkan. Pengertian lain adalah kitab hadis yang memuat hadis-hadis tentang tema-tema tertentu, seperti penyusunan dalam abjaj dalam artian mengurutkan hadis yang dihimpun sesuai dengan nama perowinya, misal pada huruf alif terdapat nama Abi  al Lahmi, pada huruf bak terdapat nama Bujair Bin Bajroh dan pada huruf tak terdapat nama Tamim bin Salamah dan begitu seterusnya.
III.             Mengenal Kitab Ittiḫâful Khoyrah Al Mahratu Biszawaid Al Masânid Al Ashrah
A.    Biografi Pengarang
           Nama lengkapnya ialah Abul Abbas Syihâbuddin Ahmad bin Abi Bakr bin Ismâîl bin Salîm bin Qâyamâs bin Ustmân Al Baushiri Al-kinnâni dan nama panggilan beliau adalah Abdurrahman. Beliau lahir di mesir pada tahun 762 M-840 M atau 1360 H-1436 H. Dalam hidupnya beliau sering menasikh atau bisa dikatakan banyak menasikh kitab diantara kitabnya ialah kitab fawâid al muntaqî lizawaidil baihaqî sampai juz 2 dan 3. Dan dalam kitab hadis ada 357 hadis, kitab yang lain zawaid ibnu majah ala baqî al kitab al khomsah maal kalami ala asânidiha, tahfitul habib lil habib biszawaid fi targhibi wattarahib.
B.     Karakteristiknya
            Penyusunan dalam kitab ini menggunakan metode maudhu’i atau tema pertema, dan dalam kitab ini menggunakan tambahan sanad-sanad dari kutubus sitah yaitu musnad al toyalisi, musadad, al hamidi, ishaq bin rouhwaih, ibnu abi syaibah, al ‘adani,  abd bin hamid, haris bin abi salamah, ahmad bin mani’, dan musnad abi ya’la al-kabir, serta dalam kitab ini penyusunannya menyesuaikan bab-bab pada kutubul ahkam. Semisal dalam kitab ini bab pertama membahas bab iman. Dan bab yang lainya seperti bab thoharoh, haid, sholat, imamah dan lain-lain.
IV.             Kesimpulan
            Nama lengkapnya adalah Ismail bin Amr al-Qurasyi bin Kasir al-Basri ad-Dimasyqi. Beliau dilahirkan di Bushra tahun 700 H. Keluasaan ilmunya di bidang hadis, fiqih, sejarah, dan tafsir telah menempatkan dirinya sebagai ulama yang diperhitungkan dalam kancah keilmuan Islam.
Kitab jami’ ini merupakan kumpulan beberapa hadis baik hadis itu diriwayatkan oleh sedikit orang atau banyaknya orang yang meriwayatkan. Pengertian lain adalah kitab hadis yang memuat hadis-hadis tentang tema-tema tertentu, seperti penyusunan dalam abjaj dalam artian mengurutkan hadis yang dihimpun sesuai dengan nama perowinya, misal pada huruf alif terdapat nama Abi  al Lahmi, pada huruf bak terdapat nama Bujair Bin Bajroh dan pada huruf tak terdapat nama Tamim bin Salamah dan begitu seterusnya.
Nama lengkapnya ialah Abul Abbas Syihâbuddin Ahmad bin Abi Bakr bin Ismâîl bin Salîm bin Qâyamâs bin Ustmân Al Baushiri Al-kinnâni dan nama panggilan beliau adalah Abdurrahman. Beliau lahir di mesir pada tahun 762 M-840 M atau 1360 H-1436 H. Dalam hidupnya beliau sering menasikh atau bisa dikatakan banyak menasikh kitab diantara kitabnya ialah kitab fawâid al muntaqî lizawaidil baihaqî sampai juz 2 dan 3. Dan dalam kitab hadis ada 357 hadis, kitab yang lain zawaid ibnu majah ala baqî al kitab al khomsah maal kalami ala asânidiha, tahfitul habib lil habib biszawaid fi targhibi wattarahib.
            Penyusunan dalam kitab ini menggunakan metode maudhu’i atau tema pertema, dan dalam kitab ini menggunakan tambahan sanad-sanad dari kutubus sitah yaitu musnad al toyalisi, musadad, al hamidi, ishaq bin rouhwaih, ibnu abi syaibah, al ‘adani,  abd bin hamid, haris bin abi salamah, ahmad bin mani’, dan musnad abi ya’la al-kabir, serta dalam kitab ini penyusunannya menyesuaikan bab-bab pada kutubul ahkam. Semisal dalam kitab ini bab pertama membahas bab iman. Dan bab yang lainya seperti bab thoharoh, haid, sholat, imamah dan lain-lain.



Daftar Pustaka
Ahmad, Arifuddin,  Paradigma Baru Memahami Hadis Nabi, (Jakarta :Insang Cemerlang,tth.
Suparta, Munzier, IlmunHadis, (Jakarta :PT Raja Grapindo Prasada,2006).
Siba’iy (al), Mustafa, Al-Sunnah Wa Makanatuh Fi Altasyriy’ Al Islami, diterjemahkan oleh Nur Kholis Majid dengan judulSunnah Dan Peranannya Dalam Penetapan Hukun Islam :Sebuah Pembelaan Kaum Sunni, (Jakarta : Pustaka Firdaus,1992).
Shalih (al), Subhi, Ulumul Hadis Wa Mustalahuhu,(Dar Al-Ilm Al-Malayin,1988).



[1] Arifuddin Ahmad, Paradigma Baru Memahami Hadis Nabi, (Jakarta :Insang Cemerlang,tth),63.
[2] Mustafa al-Siba’iy, Al-Sunnah Wa Makanatuh Fi Altasyriy’ Al Islami, diterjemahkan oleh Nur Kholis Majid dengan judulSunnah Dan Peranannya Dalam Penetapan Hukun Islam :Sebuah Pembelaan Kaum Sunni, (Jakarta : Pustaka Firdaus,1992),32.
[3] Subhi Al-Shalih, Ulumul Hadis Wa Mustalahuhu,(Dar Al-Ilm Al-Malayin,1988)24.
[4] Munzier Suparta, IlmunHadis, (Jakarta :PT Raja Grapindo Prasada,2006) hlm.90.
Kumpulan Makalah 3267964592316844948

Posting Komentar

emo-but-icon

Beranda item

Popular Posts

Twitter

Random Posts

Jasa Pembuatan Makalah

Flickr Photo

Recent Comments