MENGENAL LEBIH JAUH KITAB HADIS ḌO’IF DAN MAUDLU’
http://kaweruh99.blogspot.com/2015/06/mengenal-lebih-jauh-kitab-hadis-doif.html
MENGENAL LEBIH JAUH KITAB HADIS ḌO’IF DAN MAUDLU’
Oleh: Putut Wismasari dan Ahmad Murtadlo
I.
Pendahuluan
Hadist merupakan salah satu rujukan sumber
hukum Islam di samping kitab suci al-Qur’an. Di dalam hadist Nabi Muhammad Salla Allah `Alayhi wa Salᾱm itulah
terkandung jawaban dan solusi masalah yang dihadapi oleh umat di berbagai
bidang kehidupan.
Salah satu fitnah besar yang pernah menimpa
umat Islam pada abad pertama hijriah adalah tersebarnya hadits-hadits dha'if dan maudhu' di kalangan umat. Hal itu juga menimpa para ulama,
kecuali sejumlah pakar dan kritikus hadits yang dikehendaki Allah, seperti Imam
Ahmad, Bukhari, Ibnu Main, Abi Hatim ar-Razi, dan lainnya.Tersebarnya
hadits-hadits semacam itu di seluruh wilayah Islam telah meninggalkan dampak negatif
yang luar biasa, di antaranya terjadi perusakan pada segi akidah, syariat, dan
sebagainya.[1]
Di antara bukti nyata betapa sangat buruk
pengaruh hadits dha'if dan maudhu' pada umat Islam adalah tumbuhnya sikap
meremehkan terhadap hadits Rasulullah saw. Kalangan ulama, mubalig, dan
pengajar yang kurang cermat dalam menukil periwayatan hadits juga semakin
mempercepat penyebaran dampak buruk tersebut. Belum lagi bilangan hadits yang
dipalsukan ternyata memang amat banyak. Hal ini mendorong Syekh Muhammad
Nashiruddin al-Albani dan ‘Abdurrahman bin Abil Hasan ‘Ali bin Muhammad bin
‘Ubaidillah al-Qurasyi untuk menyusun buku yang memuat riwayat-riwayat yang
dha'if dan maudhu' melalui penyelidikan yang mendetail, cermat, dan selektif
dengan tujuan dapat mencegah tergelincirnya umat dalam menyebarkan kedustaan
yang disandarkan kepada Rasulullahs Salla Allah `Alayhi wa Salᾱm. Mereka adalah dua diantara para ulama’ yang membuat kitab tentang
hadis dlo’if dan maudlu’.
Dalam makalah ini, penulis akan menjelaskan
bagaimana kitab-kitab hadis itu disusun. Penulis juga akan memaparkan sedikit
tentang biografi penulisnya. Tetapi, karena keterbatasan penulis, tidak semua
kitab hadis yang ada akan dipaparkan dalam makalah ini. Penulis hanya akan
memberikan penjelasan tentang kitab Silsilah Hadits Dhoif Dan Maudhu’ Karangan
Syekh Muhammad Nashiruddin al-Albani dan Kitab Al-Maudlu’at Karya ‘Abdurrahman
bin Abil Hasan ‘Ali bin Muhammad bin ‘Ubaidillah al-Qurasyi.
II. Kitab Silsilah Hadits Dhoif Dan Maudhu’ Karangan Al-Bani
A.
Pengertian Hadis Dhaif
Kata “dha`if” menurut bahasa berasal dari kata “dhu`fun”
yang berarti lemah lawan dari kata “qawiy” yang berarti kuat, sedangkan
hadis dhaif berarti hadis yang tidak memenuhi kriteria hadis hasan.
Hadis dhaif disebut juga hadis mardud (ditolak). [2]
B.
Biografi Al-Bani
Nama lengkapnya adalah Syaikh Muhammad Nashiruddin bin
Nuh an-Najati al-Albani, nama kunyahnya adalah Abu Abdurrahman (anak pertamanya
bernama Abdurrahman) dan akrab di telinga umat Islam dengan nama Syaikh
al-Albani, sedangkan al-Albani sendiri adalah penyandaran terhadap negara
asalnya yaitu Albania. Syaikh al-Albani dilahirkan pada tahun 1333 H/ 1914 M di kota Askhodera (Shkoder), sebuah distrik
pemerintahan di Albania. [3]
Perlu diketahui bahwa Negara al-Bania pada masa itu masih
termasuk negara yang menerapkan undang-undang Islam, sebagaimana halnya ketika
daerah itu masih menjadi bagian dari kekuasaan Kesultanan Ottoman, meskipun kemudian merdeka setelah Kesultanan Ottoman mengalami masa kemundurannya. Ayahnya adalah seorang
ulama di sana, yaitu al-Hajj Nuh an-Najati (Haji Nuh, nama lengkapnya: Nuh bin
Adam an-Najati al-Albani). Haji Nuh adalah salah satu pemuka Mazhab Hanafi di Albania dan begitu ahli di bidang
ilmu syar'i yang didalaminya di Istambul, Ibukota Kesultanan Ottoman.
C.
Karya-karyanya
Tercatat kurang lebih 200
karya mulai dari ukuran satu jilid kecil, besar, hingga yang berjilid-jilid,
baik yang berbentuk karya tulis pena, takhrij (koreksi hadits) pada karya orang
lain, buku khusus takhrij hadits, maupun tahqiq (penelitian atas kitab tertentu
dari segala macam sisinya), lalu dituangkan dalam catatan kaki dalam kitab
tersebut. Sebagiannya telah lengkap, sebagiannya lagi belum sempurna (karena
wafat), dan sebagiannya lagi sudah sempurna namun masih dalam bentuk manuskrip (belum
dicetak dan diterbitkan). Beberapa di antaranya yang paling populer serta
monumental adalah:
- Silsilah al-Aḥᾱadits a-Ṣaḥiḥah wa Syai'un min Fiqiha wa Fawᾱidiha (9 jilid),
- Silsilah al-Aḥᾱadits adh-Dhᾱifᾱh wal Maudḥū’ah wa Atsᾱruha As-Shᾱyyi' fil Ummᾱh (14 jilid),
- Irwᾱ'ul Ghᾱlil (8 jilid),
- Ṣaḥiḥ & Dha'if Jami' ash-Ṣᾱghir wal Ziyᾱdat ihi,
- Ṣaḥiḥ Sunan Abu Dᾱwūd dan Dhᾱ`if Ṣunan Abu Dᾱwud,
- Ṣaḥiḥ Sunan at-Tirmidẓi dan Dhᾱ`if Sunan at-Tirmidzi,
- Ṣaḥiḥ Sunan an-Nasᾱ'i dan Dhᾱ`if Sunan an-Nasᾱ'i,
- Ṣaḥiḥ Sunan Ibnu Majah dan Dhᾱ`if Sunan Ibnū Majᾱh,
Dan
masih banyak lagi yang lainnya, seperti misalnya (yang sudah diterjemahkan ke
dalam bahasa Indonesia):
- Adᾱbuz Zifaaf fis Suṇᾱh Mutḥahᾱrrᾱh,
- Ahkᾱmul Janᾱiz,
- Irwᾱul Ghᾱlil fi Takḥrij Ahᾱdits Manᾱris Sᾱbiil,
- Tamᾱmul Minᾱh fi Tᾱ’liq 'Alᾱ Fiqḥ Sunnᾱh,
- Shifat salat Nabi Salla Allah `Alayhi wa Salᾱm minat Takbiir ilat Taslim kᾱnnᾱka tarᾱha
- Ṣaḥiḥ At-Tᾱrgḥῑb wat Tᾱrḥῑb,
- Dha’if At-Tᾱrgḥῑb wat Tᾱrḥῑb,
- Fitnᾱtūt Takfῑr
- Jilbaab Al-Mar’atul Muslimah,
- Qiṣḥshshah Al-Masῑh Ad-Dajjᾱl wa Nuzuūl Isa Alayhi al-Salᾱm wa qaṭṭluhu iyyᾱhu fi akhiriẓ Zamᾱn.[4]
Dalam dakwahnya, tak jarang Syaikh al-Albani mengalami
tentangan-tentangan yang keras dari orang-orang yang memusuhinya. Dan sebagai
buahnya, Syaikh al-Albani pun pernah merasakan dinginnya lantai penjara
dikarenakan fitnah yang menerpanya, pertama pada tahun 1967 Syaikh al-Albani
mendekam selama 2 bulan di penjara, dan yang kedua selama 6 bulan. Syaikh
al-Albani dilepaskan dari penjara dan tuntutan yang mengarah kepadanya dicabut,
kesemuanya adalah dikarenakan tuduhan yang disematkan kepadanya tidak pernah
terbukti.
Pada hari sabtu tanggal 2 Oktober 1999, beberapa saat
sebelum magrib, Syaikh al-Albani pun mengembuskan nafas terakhirnya. Jenazahnya
diurus dengan sangat cepat, meskipun berita wafatnya Syaikh al-Albani telah
ditekan dari penyebarannya, namun ternyata di luar dugaan, lebih dari 5.000
orang datang kemudian menyalati dan mengiringi penguburan jenazah Syaikh
al-Albani.[5]
Di antara guru-gurunya adalah:
- Al-Hajj Nuh bin Adam al-Albani (ayahnya, seorang ulama Albania),
- Syaikh Sa'id al-Burhaani,
- Imam Abdul Fattah,
- Syaikh Taufiq al-Barzah,
- Syaikh Muhammad Bahjat al-Baitar,
- Syaikh Muhammad Raghib at-Tabbakh,
Sedangkan murid-muridnya adalah :
- Syaikh Dr. Muhammad bin Musa Alu Nasr,
- Syaikh Salim bin Ied al-Hilaly,
- Syaikh Ali bin Hassan al-Halabi,
- Syaikh Abu Ishaq al-Huwaini
- Syaikh Muqbil bin Hadi al-wadi'i,
- Syaikh 'Ashim bin Abdillah Alu Ma'mar al-Qoryuthi,
- Syaikh Dr. Amin al-Mishri,
- Syaikh Rabi' bin Hadi al-Madkhali,
- Syaikh Abu Ubaidah Masyhur bin Hasan Salman,[6]
D.
Karakteristik Kitab Silsilah Hadits Dhoif Dan Maudhu’
Di antara karya Al-bani yang populer dan
monumental adalah silsilah hadits dhoif dan Maudhu’. Judul aslinya adalah
Silsilah al-Ahaadits adh-Dhaifah wal Maudhuu’ah wa Atsaaruha As-Sayyi' fil
Ummah, karya ini berisikan studi ilmiah atas hadits-hadits untuk dinyatakan
lemah atau palsu sesuai dengan kaidah musthalah hadits yang telah disepakati
ulama ahli hadits sepanjang zaman.
E. Motifasi penulisan
Sesuatu yang mendorong al-Bani menulis kitab
Silsilah Hadits Dhoif Dan Maudhu’ adalah karena begitu banyaknya hadits-hadits
dhoif dan maudhu’ yang tersebar di segala penjuru dan disamping permohonan para
ulama’ waktu itu agar al-Bani menulis tentang hadits-hadis dhoif dan maudhu’.
Sebagaimana yang telah ia sampaikan dalam pengantar kitabnya, ia menyatakan
demikian:
Sejak beberapa tahun lalu saya telah menulis
artikel secara kontinu di majalah Al- Tamaddunl Islami dengan topik "Hadits-hadits
Dha'if dan Maudhu serta Dampak Negatifnya di Kalangan Umat". Begitu
banyaknya hadits dha'if dan palsu itu hingga artikel-artikel tersebut masih
terus dimuat hingga kini. Bagaimana saya akan dapat meringkas artikel tersebut
jika hadits-hadits yang dipalsukan itu sangat banyak, sampai ribuan jumlahnya.
Seorang Zindiq saja biasa memalsukan
lebih dari empat ribu hadits. Bahkan dari tiga orang yang dikenal sebagai
pemalsu hadis dapat dipastikan telah keluar puluhan ribu hadits palsu. Apa yang
dapat pembaca bayangkan dengan hadits-hadits yang sengaja dipalsu demi
tujuan-tujuan tertentu itu. Ada yang bertendensi politis, ada yang demi
ashabiyah atau rasialisme, ada yang demi membela mazhabnya dan ada pula yang
mengaku demi bertaqarrub kepada Allah seperti yang diakui sekelompok firqah. Di
samping itu, ada pula yang karena kesalahan tak sengaja sebagian kaum sufi,
karena kebodohan dan kelemahannya dalam mendeteksi hadits yang memang bukan
bidang yang dikuasainya. Hadits-hadits dha'if dan maudhu' berserakan dalam
kitab, bahkan termasuk dalam kitab-kitab syarah hadits dan tafsir. Namun, Allah
SWT telah berkehendak memudahkan hadits Rasulullah saw. Dengan Munculnya
sekelompok ulama yang mampu mengungkap dan menjelaskan kelemahan, kekurangan,
serta kecacatan hadits-hadis itu.
F. Sistematika Penulisan
Al-Bani tidak menggunakan metode khusus dalam
menulis dalam kitab ini, namun menulis sesui dengan apa yang ia anggap perlu.
Sebagaimana pernyataan dalam mukaddimanhnya: Kemudian, dalam menulis kitab
ini saya tidak menggunakan metode abcd sesuai urutan abjad, tetapi saya menulis
apa adanya sesuai dengan apa yang saya anggap perlu. Kitab ini saya mulai
dengan dua buah hadits yang saya baca dari sebuah artikel dalam koran Al-Alamal
Ghana' edisi 2404, tulisan salah seorang mursyid ketika tengah meneliti masalah
yang berkenaan dengan Isra dan Mi'raj Rasulullah saw.[7]
G. Kelebihan dan Kekurangan
Kelebihan:
Mannfaat
mempelajari ilmu ini yang begitu besar telah nyata di mata para ulama. Betapa
tidak? Ilmu inilah yang menunjukkan para penuntut ilmu (termasuk para ulamanya)
dalam mengenali dha`if dan maudhu`nya hadits-hadits yang banyak disebut dan
diriwayatkan dalam berbagai kitab, yang sebelumnya disangka hadis sahih.
Lebih-lebih pada era meluasnya informasi dengan segala sarananya yang canggih
yang memudahkan penyebaran hadis-hadis dha`if dan maudhu` baik lewat radio dan
televisi.[8]
Kekurangan:
Kadang-kadang vonis yang pernah saya jatuhkan
saya ganti. Itu terjadi setelah saya teliti lebih lanjut dari rinci ternyata ia
lebih asbab dan lebih rajih (lebih unggul). Misalnya, kata dha`if
(lemah) diganti dengan dha`if jiddan (lemah sekali) atau sebaiknya.
Kadang-kadang maudhu` diganti dengan dha`if atau sebaliknya.[9]
III.
Kitab Al-Maudlu’at Karya Ibnu Jauzi
A. Pengertian Hadis Maudu’
Hadis maudu’ yaitu hadis yang dibuat oleh seorang pendusta, yang kemudian
dinisbatkan kepada Nabi Muhammad secara palsu atau bohong. Hadis seperti ini
tidak boleh digunakan untuk hujjah. Hadis maudu’ hukumnya bathil dan haram
meriwayatkannya.[10]
B. Biografi Ibnu
Jauzi
Nama lengkap beliau adalah ‘Abdurrahman bin Abil Hasan ‘Ali bin
Muhammad bin ‘Ubaidillah al-Qurasyi. Kakeknya terkenal dengan sebutan Ibnul
Jauzi (anak kelapa), karena kelapa yang ia miliki di Wasith, di mana di sana
sama sekali tidak ada kelapa selain milik beliau.
Beliau lahir pada tahun 510 H. Ayahnya meninggal ketika
beliau berumur tiga tahun, lalu beliau diasuh oleh bibinya (dari pihak ayah).
Ketika beliau mulai tumbuh, bibinya membawa beliau kepada al-Hafizh Ibnu
Nashir, lalu beliau belajar kepadanya dan menghasilkan ilmu dalam memberikan
wejangan yang tidak dihasilkan oleh seorang pun selainnya.
al-Muwaffaq Abdullatif mengatakan, “Ibnu Jauzi adalah
rupawan, baik perangainya, merdu suaranya, santun gerakannya dan menyenangkan sendau
guraunya.”
Beliau memiliki peran dalam semua bidang ilmu, beliau adalah seorang yang
sangat menonjol dalam bidang tafsir, memiliki gelar al-Hafizh
dalam bidang hadis, termasuk ulama yang sangat luas dalam bidang sejarah,
bahkan beliau memiliki satu buku dalam bidang Kedokteran yang diberi
nama “Kitab al-Luqath”.
Beliau wafat
pada tahun 597 H, mendekati 90 tahun dari usianya dan dimakamkan di pemakaman
Bab Harb.[11]
C.
Karakteristik Kitab al-Mauḍu’at
Kitab
al-maudu’at ini merupakan kitab yang disusun oleh Abu Faraj Ibnu Jauzi
yang didalamnya hanya memuat hadis-hadis yang bersifat mauḍu’(hadis yang
dibuat-buat) saja. Menurut al-Dzahabi kitab maudu’at ini didalamnya tidak hanya
terdapat atau memuat hadis-hadis yang bersifat maudu’ saja tapi juga terdapat
hadis yang bersifat do’if, hasan, bahkan sahih.
Sedangkan
menurut Ibnu Hajar al-‘Asqalani kitab ini memasukkan hadis yang seharusnya
tidak dimasukkan pada kitab ini. Maksudnya yaitu hadis yang berkategori sahih
tapi malah dimasukkan kedalam kitab ini, padahal kitab ini adalah kitab yang
memuat hadis-hadis maudu’. Oleh karena itu Ibnu Hajar berpesan janganlah kalian serta merta menjadikan kitab ini pijakan jika tanpa ada kitab yang lain.[12]
Imam Ibnu al-Jauzi menuliskan pada muqaddimah kitab al-Maudu’atnya, bahwa latar belakang penyusunan kitabnya yaitu sebagai pemenuhan terhadap permintaan dari para pelajar hadis waktu
itu yang berkali-kali meminta beliau supaya mengumpulkan hadis-hadis
maudu’(palsu) dan menjelaskan dari jalan mana ia diketahui sebagai hadis-hadis
maudu’. Dan yang menjadi bahan pertimbangan beliau yang lain adalah kondisi
pada saat itu mulai sedikitnya orang-orang yang sibuk mencari ilmu, terutama
disiplin ilmu naqli. Selain itu juga banyak para ahli fiqih yang menyebarkan
kisah-kisah di kalangan masyarakat yang bersumber dari hadis maudu’ pada waktu itu. Semua ini beliau lakukan demi membersihkan syari’at
agama dari hal-hal yang mustahil dan juga sebagai peringatan atas amalan yang
tidak disyari’atkan.[13]
D. Sistematika Penulisan
Kitab al-Maudu’at ini terdiri dari 3 jilid kitab. Kitab ini disusun berdasarkan pada tema-tema, seperti tema do’a, dzikir,
dll. Dan juga penyusunan bab kitab ini seperti bab kitab fikih, tapi
ada juga bab-bab yang berkenaan dengan tauhid.
Kitab hadis karya Ibnu Jauzi ini disusun dengan pembagian beberapa judul. Judul-judul tersebut dikenal dengan istilah “Kitāb”. Jumlah
kitab yang terdapat di dalamnya adalah 28 kitab. Setiap Judul dibagi menjadi
beberapa sub judul yang dikenal dengan istilah “Bāb”. Yang diawali dengan bab Dzikr al-Baqr dan
di akhiri dengan bab Dzikru Hadis Wada’ ‘ala Fatimah.
Hadis yang terdapat dalam kitab al-Maudu’at ini
jumlahnya sekitar 1847 hadis yang tersusun dengan rapi pada kitab-kitab dan
bab-bab.[14]
Meskipun ada juga bab yang tidak menjadi satu dengan kitab, jumlahnya ada
39 bab. Tapi kebanyakan bab-bab dalam kitab ini menjadi satu dengan kitab. Ibnu
Jauzi dalam menulis hadis dalam kitab ini yaitu hadisnya dalam keadaan utuh,
dan juga ibnu Jauzi juga membeerikan komentar tentang hadis yang ditulisnya.
Sebagai contoh:
أنبأنا
عبد الوهاب بن المبارك أنبأنا محمد بن المظفر أنبأنا العتيقي أنبأنا يوسف ابن أحمد
حدثنا على بن عبد العزيز حدثنا عارم حدثنا حماد بن سلمة عن على بن زيد عن زيد بن
عياض عن عيسى بن حطان الرقاشى عن عبدالله بن عمرو أن رسول الله صلى الله عليه وسلم
قال : " أولاد الزنا يحشرون يوم القيامة في صورة الخنازير " .
هذا حديث موضوع لا أصل له . قال
العقيلى : لا يحفظ من وجه يثبت.
قال
المصنف قلت : وزيد بن عياض قد طعن فيه أيوب السختيانى ، وعلى ابن زيد قال فيه أحمد
ويحيى : ليس بشئ .[15]
E.
Kelebihan dan Kekurangan
Kelebihan:
1. Semua hadis maudhu’ yang terdapat dalam kitab
ini sanad-nya sempurna, bukan hanya sempalan berita bohong saja.
2. Sistematika penulisannya rapi, sehingga mudah untuk digunakan mencari
hadis.
Kekurangan:
1. Hadis yang berada dalam kitab ini tidak semuanya hadis maudu’.
2.
Tidak semua hadis dloif tertulis dalam kitab
ini.
IV.
Kesimpulan
Dari penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa penyusunan kitab hadis Silsilah
al-Dlo’ifah menggunakan metode khusus dalam penulisan kitab ini, yaitu
penulisan yang didalamnya sesui dengan apa yang ia anggap perlu oleh sang
pengarang.. Sebagaimana pernyataan dalam mukaddimanhnya: Kemudian, dalam
menulis kitab ini saya tidak menggunakan metode abcd sesuai urutan abjad,
tetapi saya menulis apa adanya sesuai dengan apa yang saya anggap perlu. Kitab
ini saya mulai dengan dua buah hadits yang saya baca dari sebuah artikel dalam
koran Al-Alamal Ghana' edisi 2404, tulisan salah seorang mursyid ketika tengah
meneliti masalah yang berkenaan dengan Isra dan Mi'raj Rasulullah saw.
Kitab Silsilah al-Dlo’ifah ini dikarang oleh Syekh Muhammad Nashiruddin
al-Bani.
Sedangkan dalam kitab al-Maudlu’at sistematika
penulisannya menyusun hadis-hadis dengan menggunakan tema. Tema bab yang digunakan dalam kitab ini yaitu
seperti tema yang ada pada kitab-kitab fikih, tapi ada sebagian bab atau kitab
yang membahas tentang tauhid. Hadis dalam kitab ini juga ditulis secara utuh.
Kitab al-Maudlu’at
ini dikarang oleh ‘Abdurrahman bin Abil Hasan ‘Ali bin Muhammad bin ‘Ubaidillah al-Qurasyi.
DAFTAR
PUSTAKA
Bani (al), Muhammad Nashiruddin, Silsilah Hadits Dha`if dan
Maudhu’, Jakarta: Gema Insani Press, 2012.
Maliki (al), Muhammad Alawy, al-Manha al-Lathif fi Usul al-Hadith
al-Sharfi, Terj. Adnan Qahar, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012.
Albani (al), Muhammad Nashiruddin - Wikipedia bahasa Indonesia,
ensiklopedia bebas.htm.
AsySyariah Vol. VII/No. 77/1432/2011 hal 19, Qomar
Suaidi, Lc.
Zahu,
Muhammad Muhammad Abu, Hadith wa al-Muhadithun, t.t, t.p, 1984.
Quraishi (al), Abi Farj Abdul al-Rahman ibn ‘Ali Ibn
Jauzi, al-Muadu’at, t.t, t.p, t.th.
[1] Muhammad Nashiruddin al-Bani, Silsilah Hadits Dha`if dan Maudhu`, (Jakarta:
Gema Insani Press), 1: 29.
[2]
Muhammad Alawy al-Maliki, al-Manha al-Lathif fi Usul
al-Hadith al-Sharfi, Terj. Adnan Qahar, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2012), 63.
[3] Muhammad Nashiruddin Al-Albani - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia
bebas.htm (diakses pada 11 April 2015 jam 23:52).
[4] Muhammad
Nashiruddin Al-Albani - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas.htm (diakses pada 11 April 2015 jam 23:52).
[6] Muhammad
Nashiruddin Al-Albani - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas.htm (diakses pada 11 April 2015 jam 23:52).
[7] Muhammad Nashiruddin al-Bani, Silsilah Hadits Dha`if dan Maudhu`, (Jakarta:
Gema Insani Press), 1: 32.
[8] Ibid.
[10] Muhammad Alawy al-Maliki, al-Manha al-Lathif fi Usul al-Hadith
al-Sharfi, Terj. Adnan Qahar, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012), h. 141.
[11]https://syababpetarukan.wordpress.com/2010/12/28/biografi-ringkas-imam-ibnul-jauzy rahimahullah/feed/, (diakses pada 17 April 2015 jam 00:58).
[12] Muhammad
Muhammad Abu Zahu, Hadith wa al-Muhadithun, (t.t, t.p, 1984), h.487.
[13] http://www.kutubulhadis.com/2012/12/normal-0-false-false-false-en-us-x-none_8.html, (diakses pada 17 April 2015 jam 01:35).
[14] Ibid.
[15] Abi Farj Abdul al-Rahman ibn ‘Ali Ibn Jauzi al-Quraishi, al-Muadu’at, (t.t,
t.p, t.th), h. 109.