1735262163458753
Loading...

Mengenal Lebih Jahu Kitab Muwaṭo` dan Kitab Sunan Abi Daud

Mengenal Lebih Jahu Kitab Muwaṭo` dan Kitab Sunan Abi Daud
Oleh: Achmad Fuaddin, Mohammad Ali Abdul rozaq

I.                   Pendahuluan
      Mempelajari pemikiran orang lain merupaka suatu hal yanga sangat membantu bagi pengembangan dinamika khazanah intlektual pemikiran, karena olah pikir kita tidak dapat berangkat dari kekosongan, melainkan harus melihat dan menelaah pemikiran-pemikiran yang dihasilkan orang lain dengan harapan dapat memperoleh keluasan dalam wawasan ilmu, baik dari sudut materi maupun metodologi khususnya dalam bidang syariah dan ilmu-ilmu hadits.
. Salah satu buah hasil karya Ulama’ terdahulu yang sampai saat ini sangat terkenal dikalangan umat Islam adalah al-Muwaṭo` dan Sunan Abi dawud. namun kemudian yang menjadi pertanyaan bagi kita adalah, apakah hadist-hadist yang terdapat di dalam kitab tersebut benar-benar otentik atau tidak?, dan juga bagai mana sistematika penulisannya. Oleh karena itu di makalah ini penulis akan mencoba membahas tentang sistematika, karakteristik kitab tersebut dan juga mengenai biografi pengarang kitab tersebut agar kita lebih kompleks dalam mempelajari pemikirannya.

II.                Mengenal Kitab Muwaṭo` dan kitab Sunan abi Dawud
A.    Kitab Muwaṭo`
a.       Biografi pengarang kitab Muwaṭo`
Pengarang kitab Muwaṭo` mempunyai nama lengkap Abu ‘Abdillah Malik bin Anas bin Malik bin Abi Amir bin Amr bin Harist al-Madani, dan ‘alam kunyah beliau adalah abu Amr. Imam Malik lahir di tengah-tengah kalangan orang yang terpandang di Madinah, kakeknya yang bernama Malik adalah salah satu kibaru al-tabi’īn dan ulama pada masa itu, selain itu  juga termasuk salah satu dari empat orang tabi’in yang membawa jenazah khalifah ‘Ustman ke dalam makamnya[1]. Selain itu silsilah imam Malik juga sampai pada salah satu sahabat Rasul yaitu ‘Amir. Amir adalah seorang sahabat yang selalu menemani peperangan Rasul kecuali perang badar.
 Menurut salah satu riwayat dari ibnu Sa’ad bahwa imam Malik di lahirkan pada tahun ke 93 H, dan ada juga yang berkata beliau di lahirkan pada tahun ke 96 H, dan beliau berada pada kandungan ibunya selama tiga tahun[2],
Dalam pencarian ilmunya, beliau berguru pada para tabi’in dan tabi`i tabi`in yang mayoritas tinggal di Madinah, keseluruannya mencapai 900 guru, 300 seorang tabi’in dan 600 tabi’i tabi’in[3]. Dan diantara dari mereka  adalah Ibrahim bin abi ‘Ablah al-Muqdisi, Ibrahim bin ‘Aqbah, Ja’far bin Muhammad as-Sodiqi, Nafi’ mauli bin ‘Umar, Yahya bin Sa’id, Zuhri, dan ‘Abdullah bin dinar, dan lain-lain[4].
Mengenai wafat beliau dalam satu riwayat yang di ceritakan oleh al-Mazi di dalam kitab tahdzib al-kamāl bahwa imam Malik wafat pada tanggal 14, bulan robi’ul awal 179 H, dan beliau di makamkan di Baqi’[5].

b.            Karakteristik kitab Muwaṭo`
Menurut pendapat imam Syafi’i kitab Muwaṭo` adalah kitab shahih yang pertama kali ditulis setelah al-Qur’an[6], kitab ini  menggunakan metode pengumpulan hadis berdasarkan tema-tema hukum fiqih, meskipun ada pula pembahasan tentang tauhid, dan akhlaq dll. Hadist-hadist yang digunakan imam Malik adalah hadis yang berasal dari Rasullah, athar sahabat, dan tabi’in, dan kebanyakan dari periwatan beliau berasal dari ahl madinah.[7]  selain itu beliau juga memasukan ijtihad beliau sendiri, dan ijma’ ulama’ Madinah di dalamnya.
Adapun contoh hadis yang berasal dari Rasullah adalah sebagai berikut:
عن عطاء بن يسار أنه قال جاء رجل إلى رسول الله صلى الله عليه وسلم فسأله عن وقت صلاة الصبح. قال : فسكت رسول الله صلى الله عليه وسلم حتى إذا كان من الغد صلى الصبح حين طلع الفجر ثم صلى الصبح من الغد حين أسفر ثم قال "أين السائل عن وقت الصلاة؟" ها أناذا يارسول الله, فقال "ما بين هذين وقت
Adapun contoh hadis yang berasal dari sahabat adalah sebagai berikut:
و حدثني عن مالك عن زيد بن اسلم أن عمر بن الخطاب قال : إذا نام أحدكم مضطجعا فليتوضأ
Adapun hadist contoh hadis yang berasal dari tabi’in adalah sebagai berikut:
وحدثني عن مالك أنه بلغه أن عاملا لعمر بن عبد العزيز كتب إليه يذكر أن رجلا منع زكاة ماله, فكتب إليه أن دعه ولا تأخذ منه زكاة مع المسلمين, قال فبلغ ذلك الرجل فاشتد عليه وأدى بعد ذالك
c.              Kualitas hadis
             Hadis-hadis yang beliau riwayatkan tidak semua mutasil (sambung sampai Rasullah) meskipun demikian kebanyakan ulama  salaf berpendapat kalau hadis-hadis beliau adalah sahih karena jika di dalam kitab Muwaṭo` terdapat hadist-hadist mursal atau mungqoṭi’ maka hal itu mempunyai kekhususan hukum tersendiri yaitu tetap dihukumi sahih, karena meskipun mursal atau mungqoṭi’ namun pada jalur lain hadist tersebut mempunyai jalur yang sahih[8].
d.             Sistematika penyusunan
              Imam Malik dalam mengklasifiksi hadist-hadits yang terdapat dalam al-Muwaṭo` berdasarkan pada sistematika yang dipakai dalam kitab Fiqih, yaitu dengan klasifikasi hadits sesuai dengan hukum Fiqih. Menurut Fuad al-Baqi, kitab ini, terdiri dari dua juz, 61 bab, dan 1824 hadits. Kitab al-Muwaṭo`, mayoritas berisi tentang fiqih, ada pula tentang tauhid, akhlaq, dan al-Quran.[9]
B.        Kitab Sunan abi Dawud
a.       Riwayat Hidup Penulis
Para ulama berbeda pendapat dalam menyebutkan nama lengkap Abu Dawud. Abdurraman bin Hatim menjelaskan bahwa Beliau mempunyai nama lengkap Sulaimān bin Saddād bin ‘amr bin ‘āmir. Ibnu dāsah dan abu ‘ubaid al-ājurri mengatakan bahwa beliau bernama lengkap Sulaimān bin Ishāq bin Basyīr bin Shaddād.[10] sedangkan Abdul Mutallib bin al-Hashimī mengatakan seperti dalam risālah abi dawud bahwa beliau bernama lengkap Sulaimān bin al-Ash’āth bin Ishāq bin bashīr bin Shaddād al-Sijistānī.[11] lahir pada tahun 202 H. di kota Bashrah. beliau mendapatkan ilmu setelah mengembara ke barbagai daerah seperti Iraq, Syam, Mesir dan Khurasan. Dalam pengembaraannya beliau menimba ilmu dan banyak meriwayatkan hadis dari beberapa gurunya seperti ahmad bin Hambal, al-hafidz abu ja’far an-nafīlī, Qutaibah bin sa’īd, dan beberapa dari guru-guru imam Bukhori dan imam Muslim lainnya.[12]
Adapun para murid-murid beliau yang menerima periwayatan dan juga meriwayatkan hadis-hadis darinya antara lain Abu ‘Īsā bin Muhammad bin ‘Īsā bin Surah, al-Hāfid abu Ali bin Ahmad bin ‘Amr, Abu Sa’id Ahmad bin Muhammad al-A’robī. Beliau wafat pada tahun 275 H di kota Bashrah.[13]
b.      Metode Penyusunan
Metode yang dipakai oleh Abu Dawud berbeda dengan metode ulama-ulama sebelumnya, seperti imam Ahmad bin Hanbal yang menyusun kitab musnad dan imam Bukhari dan Muslim yang menyusun kitabnya dengan hanya membatasi dengan hadis yang sahih saja. Namun Abu Dawud menyusun kitabnya dengan mengumpulkan hadis-hadis yang berkaitan dengan hukum, dan menyusunya berdasarkan urutan bab-bab fiqh seperti Tahārah, shalat, puasa dan seterusnya dengan beraneka kualitas, mulai dari yang Sahih sampai yang Dha’if. Sama seperti karakter pada kitab sunan lainya.[14] Dan jika terdapat hadis yang mungkar beliau mejelasakan bahwa itu adalah hadis mungkar.[15]
Beliau mengakui jika dalam karyanya ini hanya memaparkan satu atau dua buah hadis dalam setiap babnya, meskipun di dalam suatu bab terdapat banyak hadist-hadis Sahih. Beliau juga meringkas beberapa hadis yang panjang karena jika ditulis sesuai dengan panjangnya hadis dikhawatirkan sebagian orang tidak mengetahui perawi yang didengarnya dan tidak mengetahui letak fiqih dari hadis tersebut, maka beliau meringkasnya sebatas untuk menujukan lafal yang berhubungan dengan fiqih.[16]
Abu Dawud di dalam kitab ini hanya meriwayatkan kira-kira 4.800 hadis dari sekian 500.000 hadis yang beliau kumpulkan. Keseleruhuannya pun merupakan Ahādithul Ahkām, sedangkan hadis-hadis tentang keutaman-keutamaan ‘amal dan yang lainya tidak ditulis dalam kitab ini.[17]


c.       Sistematika Penyusunan
Abu dawud dalam menyusun kitab ini membagi ke dalam beberapa bab (kitab) dan setiap babnya dibagi menjadi beberapa sub bab (bab). Adapun perinciannya adalah 35 bab, 1871 sub bab, serta 4800 hadis. dengan sistematika atau urutan penulisan hadis sebagai berikut.[18]
NO
NAMA BAB
Jumlah
SUB BAB
HADIS
1
Al-Tahārah
143
390
2
Al-Ṣalāt
367
1165
3
Al-Zakāt
47
145
4
Al-Luqātah
-
20
5
Al-Manāsik
98
325
6
Al-Nikāh
50
129
7
Al-Talaq
50
138
8
Al-Ṣaum
81
164
9
Al-Jihād
182
311
10
Dahaya
20
56
11
Al-Said
4
18
12
Al-Wasāya
17
23
13
Al-Farā’id
17
43
14
Al-Kharaj wa al-Imarah
40
161
15
Al-Janāiz
84
153
16
Al-Aimān wa al-Nuzūr
32
84
17
Al-Buyū’ wa al-Ijārah
92
245
18
Al-Aqdiyyah
30
70
19
Al-‘Ilm
13
28
20
Al-Ashribah
22
67
21
Al-At’imah
55
119
22
Al-Tib
24
71
23
Al-‘Atqu
15
43
24
Al-Huruf wa al-Qira’
-
40
25
Al-Hammam
3
11
26
Al-Libās
47
139
27
Al-Tarajjul
21
55
28
Al-Khattam
8
26
29
Al-Fitan
7
39
30
Al-Mahdi
-
12
31
Al-Malahim
18
60
32
Al-Hudūd
40
143
33
Al-Diyat
32
102
34
Al-Sunnah
32
177
35
Al-Adāb
108
502

d.      Kualitas Hadis
Mengenai kulaitas hadis yang ada pada kitab Sunan Abi Dawud. setidaknya bisa diketahui dari penjelasan di atas bahwa kualitas hadis-hadis di dalam kitab Sunan Abi Dawud ini bervariasi, seperti yang dikatakan bahwa hadis-hadis yang tercantum di dalam kitab-kitab sunan, termasuk Sunan Abi Dawud tercampur antara hadis sahih, Hasan, dan Ḍa’if.[19] Namun juga terdapat beberapa hadis mungkar yang diantaranya juga dijelaskan oleh beliau.
Dalam kitab ini juga abu dawud hanya memasukkan hadis-hadis yang marfū’ yaitu yang disandarkan hanya pada Nabi Ṣalla Allah ‘Alayhi wa Sallam.
e.       Pendapat dan Kritik para ulama
Sebagai ulama hadis yang sudah terkenal, abu dawub mendapat pujian yang tidak sedikit. Beberapa juga berkomentar tentang kitab sunan abi Dawud, di antaranya:
                                                              i.      Abu Sulaiman al-Khattabi (328) did alam kitabnya Ma’alim as-Sunan mengatakan bahwa kitab Sunan karya Abu Dawud adalah sebuah kitab mulia yang sebelumnya belum pernah disusun sebuah kitab tentang ilmu agama yang setara dengannya. Semua orang menerimanya dengan baik. Karenanya ia menjadi sebuah hukum di antara para ulama dan ahli fiqih yang berlainan mazhab.[20]
                                                            ii.      Imam Abu Hamid al-Gazali berkata: “ Sunan Abi Dawud sudah cukup para mujtahid untuk mengetahui hadis-hadis ahkam”. Demikian juga dua imam besar, an-Nawawi dan Ibn al-Qayyim al-Jauziyah telah memberikan pujian terhadap kitab Sunan ini.[21]
III.             Kesimpulan
Setelah kita melihat penjelasan tentang metode-metode yang di gunakan di dalam kitab Muwaṭo` dan Sunan Abi dawud  kita dapat melihat beberapa perbedaan di dalamnya, diantaranya adalah:
1.      Hadis-hadis yang di susun imam Malik tidak semuanya marfū’, sedangakan yang susun oleh Abi Dawun semua marfū’ meskipun juga tidak semuanya sahih
2.      Imama Malik memasukkan ijtihadnya di dalam kitab hadisnya, sedangkan kalua Abu Dawud tidak memasukkan ijtihad di dalam kitabnya
Meskipun demikian juaga terdapat kesamaan di antara keduanya yaitu sama-sama menggunakna sistematik penyusunan berdasarkan hukum-hukum fiqih.

Daftar Puastaka
Abu dawud sulaiman bin ishaq, Sunan abi dawud, (Beirut, Dār al-kutub al-ilmiyah, 2011)
http://zamzamiemohammed45.blogspot.com
Imam Jalaluddin ‘Abdurrahman al-Suyuṭī, Tanwiru al-Kawalik, (Dāru al-Fikri,ttp, tth),
Manna al-Qattan, mabahith fī ‘ulūmil qur’ān, terj. Mifdlol Abdurrahman, (Jakarta: PUSTAKA AL-KAUTSAR, 2014)
Muhammad Muhammad Abu Zahwu, Al-Hadīth wa Al-Muhaddithūn, (Riyad: ttp, 1984)


[1] Imam Jalaluddin ‘Abdurrahman al-Suyuṭī, Tanwiru al-Kawalik, (Dāru al-Fikri,ttp, tth), 2.
[2] Ibid., 3.
[3] Muhammad Muhammad Abu Zahwu, Al-Hadīth wa Al-Muhaddithūn, (Riyad: ttp, 1984), 288.
[4] Ibid., 288.
[5] Imam Jalaluddin ‘Abdurrahman al-Suyuṭī, Tanwiru al-Kawalik, (Dāru al-Fikri,ttp, tth), 3.
[7] Muhammad Muhammad Abu Zahwu, Al-Hadīth wa Al-Muhaddithūn, (Riyad: ttp, 1984), 246.
[8]  Muhammad Muhammad Abu Zahwu, Al-Hadīth wa Al-Muhaddithūn, (Riyad: ttp, 1984), 247.
[9] "Muwatha’ Imam Malik Studi analisis kitab al-Muwatha’”, Dalam http://adiyusfim.blogspot.com/2011/08/teroris.html, (diakses pada 18 Februari 2015)
[10] Abu dawud sulaiman bin ishaq, Sunan abi dawud, (Beirut, Dār al-kutub al-ilmiyah, 2011), 1:3.
[11] Abu dawud sulaiman bin al-Ash’āts bin ishāq, Sunan abi dawud, (Beirut, Dār al-Fikr, 2011), 1:5.
[12] Ibid., 1:9.
[13] Muhammad Abu Zahwu, Al-Hadīth wa Al-Muhaddithūn, 260.
[14] Manna al-Qattan, mabahith fī ‘ulūmil qur’ān, terj. Mifdlol Abdurrahman, (Jakarta: PUSTAKA AL-KAUTSAR, 2014), 58.
[15] Abu dawud sulaiman bin al-Ash’āts bin ishāq, Sunan abi dawūd, 1:6.
[16] Ibid., 1:6.
[17] Ibid., 1:9.
[18] Muhammad zamzami, “Makalah Studi Kitab Hadis”, dalam http://zamzamiemohammed45.blogspot.com/2013/06/makalah-studi-kitab-hadis-sunan-abu-daud.html, (diakses pada, senin 16 Februari 2015).
[19] Idri, Studi Hadis, (Jakarta: Kencana, 2010), 118.
[20] Muhammad Abu zahwu, Al-Hadīth wa Al-Muhaddithūn, 412.

[21] “Sunan Abi Dawud Dan Sunan Imam At-Tirmidzi”, dalam  http://makalahlaporanterbaru1.blogspot.com/2012/03/sunan-abi-dawud-dan-sunan-imam-at.html, (diakses pada 20 Februari 2015).

Kumpulan Makalah 4135361557973317544

Posting Komentar

emo-but-icon

Beranda item

Popular Posts

Twitter

Random Posts

Jasa Pembuatan Makalah

Flickr Photo

Recent Comments