1735262163458753
Loading...

Sejarah Masuknya Islam Di Jawa, Kerajaan-kerajaan Pra Islam Dan Sejarah Kerajaan Demak Oleh: Mas’ad, Qomaruddin, Abdul Aziz


Abstrak
Tugas ini adalah tugas yang di berikan kepada kami dalam mata kuliah Islam dan Kebudayaan Jawa. Tugas ini menyoroti tentang fakta-fakta yang ada dalam sejarah tanah Jawa. Selain menyoroti tentang fakta-fakta yang terdapat dalam sejarah tanah Jawa, makalah ini juga menampilkan sebuah sejarah yang di refleksikan dalam faham kekinian. Yang kami bahas di sini adalah tentang sejarah masuknya Islam di tanah Jawa, menampilkan fakta-fakta tentang kerajaan pra Islam yang di Jawa sebelum islam. Dan juga menjelaskan tentang sejarah berdirinya kerajaan Islam.
Objek material yang kami bahas adalah tentang Jawa dan Islam. Jadi pembahasan kami adalah pada jawa sebelum islam (pra Islam) dan masuknya Islam di jawa (pasca Islam). Selain itu juga di terangkan tentang beberapa kerajaan sebelum islam di jawa dan juga sejarah kerajaan Islam pertama di Jawa.
Pada ahirnya kita dapat menyimpulkan bahwa masuknya Islam di jawa adalah dengan jalan damai. Bukan dengan jalan kekerasan atau peperangan. Selanjutnya bahwa yang berjasa dalam memasukkan agama islam di jawa pertama kali adalah para pedagang dan mubaligh yang berfaham syi’ah. Mereka di datangkan dari Mesir khusus dalam misi dakwah Islam. Lalu setelah lama dan Islam semakin kuat di tugaskan lagi beberapa muballig yang berfahanm sunni. Sedangkan para muballigh yang berfaham syiah di tarik ke negaranya. Hingga pada ahirnya terdapat kerajaan islam pertama di jawa yaitu kerajaan Demak yang berdiri dengan mengambil keuntungan dari melemahnya kerajaan majapahit.
Kata kunci: Masuknya Islam, Jawa, Kerajaan, Raja, Penyebaran, Walisongo





Sejarah Masuknya Islam Di Jawa, Kerajaan-kerajaan Pra Islam Dan Sejarah Kerajaan Demak
I. Pendahuluan
Tugas ini adalah tugas yang di berikan kepada kami dalam mata kuliah Islam dan Kebudayaan Jawa. Tugas ini menyoroti tentang fakta-fakta yang ada dalam sejarah tanah Jawa. Selain menyoroti tentang fakta-fakta yang terdapat dalam sejarah tanah Jawa, makalah ini juga menampilkan sebuah sejarah yang di refleksikan dalam faham kekinian. Yang kami bahas di sini adalah tentang sejarah masuknya Islam di tanah Jawa, menampilkan fakta-fakta tentang kerajaan pra Islam yang di Jawa sebelum islam. Dan juga menjelaskan tentang sejarah berdirinya kerajaan Islam.
Objek material yang kami bahas adalah tentang Jawa dan Islam. Jadi pembahasan kami adalah pada jawa sebelum islam (pra Islam) dan masuknya Islam di jawa (pasca Islam). Selain itu juga di terangkan tentang beberapa kerajaan sebelum islam di jawa dan juga sejarah kerajaan Islam pertama di Jawa.
Proses islamisasi di Indonesia dapat dilacak melalui sejarah perkembangan tasawuf. Perkembangan tasawuf islam tidak terlepas dari peranan para sufi islam. Berbicara tentang sufi Islam, siapa yang tak kenal dengan walisongo. Mereka yang menyebarkan agama islam di jawa hingga pada ahirnya dapat menjadi agama mayoritas di indonesia. Ajaran-ajaran mereka pada mulanya adalah dakwak dari desa ke desa. Namun dengan seiring perkembangan Islam yang sangat pesat di jawa ahirnya dakwah di lakukan dengan membuat pondokan dll.
Pada awalnya, agama islam berpengaruh pada masyarakat kelas menengah, seperti pedagang dan kelompok profesional yang berada di Bandar-bandar serta pusat-pusat kegiatan perekonomian di seluruh kawasan Asia Tenggara. Di sini terjadi aliansi besar antara pengusaha, kaum intelektual, dan para penguasa lokal.
Dalam proses islamisasi di Indonesia khususnya di jawa terdapat bukti-bukti adanya peranan golongan sayid dari Hadramaut. Di Hadramaut, pengaruh Mazhab Syafi’i amat besar sesudah Ahmad ibnu Isa al-Muhajir dan pengikutnya berhasil menggeser pengaruh kelompok Khawarij Ibadiyah yang dipimpin oleh Abdullah bin Yahya pada tahun 929 M. di Asia Tenggara, golongan Sayid Hadrami ini telah berada dilingkungan komunitas muslim sejak sekitar abad XI. Banyak Orang arab yang bermukim di tanah jawa,  seperti syaikh Asmoroqondi, fatimah binti Maemun dan juga maulana Makdum Ibrahim. Kesemuanya berdakwah dan bermukim di jawa.
Sedang kebenaran fakta dan sejarah singkat masuknya islam di jawa akan kami jelaskan pada makalah yang kami tulis ini. Di samping untuk memenuhi tugas, kami juga membutuhkan pengetahuan yang lebih tentang islam di jawa. Oleh karena itu kami akan berusaha menulis dengansebaik-baiknya.
II. Sejarah Masuknya Islam Di Jawa
Jawa adalah sebuah pulau kecil di semenanjung malaya. Pulau ini dulunya bernama Jawa Dwipa dan terkenal di arab karena adanya kerajaan besar yang berdiri di sini. Di antara kerajaan-kerajaan itu adalah majapahit. Kerajaan ini berkuasa hingga di daerah filipina. Oleh karena besarnya kerajaan itu para khalifah di timur tengah berniat mengislamkan kerajaan ini.
Meski islam telah masuk dan berkembang di jawa begitu pesat. Namun pendokumentasian sejarah masuknya islam di sini masih sangat minim bahkan tergolong tak di dokumentasikan. Bahkan masuknya islam ke indonesia pun menimbulkan beberapa teori yang di kemukakan oleh para ahli. Seorang pakar sejarah bahkan mengatakan “cara berlangsungnya perpindahan agama di Indonesia tidak terdokumentasikan dengan baik, sehingga menimbulkan banyak spekulasi di kalangan para ilmuwan dan kadang-kadang menimbulkan perdebatan yang sengit”.[1]
Diantara teori-teori tersebut adalah : (1) teori cina, (2) teori gujarat, (3) teori mekah, (4) teori benggala dan (5) teori persia.
Teori-teori tersebut menjelaskan tentang masuknya islam di indonesia. Tapi jika melihat keberagamanya maka kita dapat menghubungkanya dengan masuknya islam di jawa. Karena kita tahu bukti sejarah islam pertama yaitu makam Fatimah binti Maemun juga berada di jawa.
(1) teori cina
Islam disebarkan dari Cina telah dibahas oleh SQ Fatimi.[2] Beliau mendasarkan teorinya ini kepada perpindahan  orang-orang Islam dari Canton ke Asia tenggara sekitar tahun 876. Perpindahan ini dikarenakan adanya pemberontakan yang mengorbankan hingga 150.000 muslim. Menurut Syed Naquib Alatas, tumpuan mereka adalah ke Kedah dan Palembang.[3] Hijrahnya mereka ke Asia Tenggaran telah membantu perkembangan Islam di kawasan ini. Selain Palembang dan Kedah, sebagian mereka juga menetap di Campa, Brunei, pesisir timur tanah melayu (Patani, Kelantan, Terengganu dan Pahang) serta Jawa Timur.
Bukti-bukti yang menunjukan bahwa penyebaran Islam dimulai dari Cina adalah ditemukannya : batu nisan syekh Abdul Kadir bin Husin syah Alam di Langgar, Kedah tertanggal 903 M dan batu nisan Fathimah binti Maimun di Jawa Timur tertanggal 1082 M.
(2) teori gujarat
Teori ini mengatakan bahwa Islam di nusantara datang dari India pertama kali dikemukakan oleh Pijnapel tahun 1872. Berdasarkan terjemahan Prancis tentang catatan perjalanan Sulaiman, Marcopolo, dan Ibnu Batutah, ia menyimpulkan bahwa orang-orang Arab yang bermadzhab Syafii dari Gujarat dan Malabar di India yang membawa Islam ke Asia Tenggara. Dia mendukung teorinya ini dengan menyatakan bahwa, melalui perdagangan, amat memungkinkan terselenggaranya hubungan antara kedua wilayah ini, ditambah lagi dengan umumnya istilah-istilah Persia yang dibawa dari India, digunakan oleh masyarakat kota-kota pelabuhan Nusantara. Teori ini lebih lanjut dikembangkan oleh Snouk Hurgronje, seorang orientalis terkemuka Belanda yang melihat para pedagang kota pelabuhan Dakka di India Selatan sebagai pembawa Islam ke wilayah nusantara.[4] Teori Snock Hurgronje ini lebih lanjut dikembangkan oleh Morrison pada 1951. Dengan menunjuk tempat yang pasti di India, ia menyatakan dari sanalah Islam datang ke nusantara. Ia menunjuk pantai Koromandel sebagai pelabuhan tempat bertolaknya para pedagang muslim dalam pelayaran mereka menuju nusantara.[5]
Teori Gujarat kemudian juga dikembangkan oleh J.P. Moquetta (1912) yang memberikan argumentasi dengan batu nisan Sultan Malik Al-Saleh yang wafat pada tanggal 17 Dzulhijjah 831 H/1297 M di Pasai, Aceh. Menurutnya, batu nisan di Pasai dan makam Maulanan Malik Ibrahim yang wafat tahun 1419 di Gresik, Jawa Timur, memiliki bentuk yang sama dengan nisan yang terdapat di Kambay, Gujarat. Moquetta akhirnya berkesimpulan bahwa batu nisan tersebut di impor dari Gujarat, atau setidaknya dibuat oleh orang Gujarat atau orang Indonesia yang telah belajar kaligrafi khas Gujarat. Alasan lainnya adalah kesamaan mahzab Syafi yang di anut masyarakat muslim di Gujarat dan Indonesia.
(3) teori mekah
Teori ini di utarakan oleh Hamka. Dia menolak pandangan yang menyatakan bahwa agama islam masuk ke Nusantara pada abad ke-13 dan berasal dari Gujarat. Hamka lebih mendasarkan pandangannya pada peranan bangsa arab sebagai pembawa agama islam ke Indonesia. Gujarat dinyatakan sebagai tempat singgah semata, dan Makkah sebagai pusat,atau mesir sebagai tempat pengambilan ajaran islam.[6]
Bahan argumentasi yang dijadikan bahan rujukan HAMKA adalah sumber lokal Indonesia dan sumber Arab. Menurutnya, motivasi awal kedatangan orang Arab tidak dilandasi oleh nila-nilai ekonomi, melainkan di dorong oleh motivasi spirit penyebaran agama Islam. Dalam pandangan Hamka, jalur perdagangan antara Indonesia dengan Arab telah berlangsung jauh sebelum tahun masehi. Selain itu, Hamka menolak pendapat yang menyatakan bahwa agama islam baru masuk ke Nusantara pada abad ke-13, karena di Nusantara abad ke-13 telah berdiri kekuasaan politik islam. Jadi masuknya agama islam ke Nusantara terjadi jauh sebelumnya yakni pada abad ke-7.[7]
Dalam hal ini, teori Hamka merupakan sanggahan terhadap Teori Gujarat yang banyak kelemahan. Ia malah curiga terhadap prasangka-prasangka penulis orientalis Barat yang cenderung memojokkan Islam di Indonesia. Penulis Barat, kata HAMKA, melakukan upaya yang sangat sistematik untuk menghilangkan keyakinan negeri-negeri Melayu tentang hubungan rohani yang mesra antara mereka dengan tanah Arab sebagai sumber utama Islam di Indonesia dalam menimba ilmu agama. Dalam pandangan HAMKA, orang-Horang Islam di Indonesia mendapatkan Islam dari orang-orang pertama (orang Arab), bukan dari hanya sekadar perdagangan.
Menurut Arnold, bahwa untuk menetapkan masuknya agama Islam ke Indonesia dengan tepat tidaklah mungkin. Ada kemungkinan dibawa ke Indonesia oleh pedagang-pedagang Arab pada permulaan abad tahun hijriah, lama sebelum ada tulisan-tulisan sejarah tentang perkembangan Islam itu.[8] Pendapat yang demikian itu berdasarkan pengertian kita tentang ramainya perdagangan dengan dunia Timur yang sejak dahulu dilakukan oleh orang Arab. Pada abad ke 2 sebelum masehi perdagangan dengan Ceylon seluruhnya ada di tangan mereka. Pada permulaan abad ke 7, perdagangan dengan Tiongkok melalui Ceylon sangat ramai sehingga pada pertengahan abad ke 8 banyak kita jumpai pedagang Arab di Canton, sedang antara abad 10 dan 15 sampai datangnya orang Portugis, mereka telah menguasai perdagangan di Timur. Diperkirakan bahwa mereka sejak lama telah mendirikan tempat-tempat perdagangan pada beberapa kepulauan di Indonesia, sebagaimana halnya pada tempat-tempat lainnya, meskipun tentang kepulauan itu tidak disebut-sebut oleh ahli ilmu bumi Arab sebelum abad ke 9, menurut berita Tiongkok tahun 674 masehi ada kabar tentang seorang pembesar Arab yang menjadi kepala daerah pendudukan bangsa Arab di pantai Barat Sumatera.[9]
Sebagian besar dari pedagang Arab yang berlayar ke kawasan Indonesia datang dari Yaman, Hadramaut dan Oman di bagian Selatan dan Tenggara semenanjung tanah Arab. Kawasan Yaman telah memeluk Islam semenjak tahun 630-631 hijriyah tepatnya pada zaman Ali bin Abi Thalib. Pengislaman Yaman ini mempunyai implikasi yang besar terhadap proses Islamisasi Asia Tenggara karena pelaut dan pedagang Yaman menyebarkan agama Islam di sekitar pelabuhan tempat mereka singgah di Asia Tenggara.[10]
Sedangkan Sayed Alwi bin Tahir al-Haddad, mufti kerajaan Johor Malaysia berpendapat bahwa agama Islam masuk ke Indonesia dalam abad ke 7 masehi atau dengan kata lain agama Islam masuk ke pulau Sumatera pada tahun 650 masehi. Alasannya adalah karena Sulaiman as-Sirafi, pedagang dari pelabuhan Siraf di teluk Persia yang pernah mengunjungi Timur jauh berkata bahwa di Sala (Sulawesi) terdapat orang-orang Islam pada waktu itu yaitu kira-kira pada akhir abad ke 2 hijriyah. Hal ini dapat dipastikan dan tidak perlu dijelaskan lagi karena pedagang rempah dan wangi-wangian yang terdapat di Maluku sangat menarik pedagang-pedagang muslimin untuk berkunjung ke Maluku dan tempat-tempat yang berdekatan dengan kepulauan itu.[11]
(4) teori benggali
Teori ketiga yang dikembangkan Fatimi menyatakan bahwa Islam datang dari Benggali (Bangladesh). Dia mengutip keterangan Tome Pires yang mengungkapkan bahwa kebanyakan orang terkemuka di Pasai adalah orang Benggali atau keturunan mereka. Dan, Islam muncul pertama kali di semenanjung Malaya dari arah pantai Timur, bukan dari Barat (Malaka), pada abad ke-11, melalui Kanton, Phanrang (Vietnam), Leran, dan Trengganu. Ia beralasan bahwa doktrin Islam di semenanjung lebih sama dengan Islam di Phanrang, Elemen-elemen prasasti di Trengganu juga lebih mirip dengan prasasti yang ditemukan di Leran. Drewes, yang mempertahankan teori Snouck, menyatakan bahwa teori Fatimi ini tidak bisa diterima, terutama karena penafsirannya atas prasasti yang ada dinilai merupakan perkiraan liar belaka. Lagi pula madzhab yang dominan di Benggali adalah madzhab Hanafi, bukan madzhab Syafii seperti di semenanjung dan nusantara secara keseluruhan.
(5) teori persia.
Teori keempat tentang kedatangan Islam di nusantara adalah teori Persia. Pembangun teori ini di Indonesia adalah Hoesein Djayadiningrat. Fokus pandangan teori ini tentang masukkanya agama Islam ke nusantara berbeda dengan teori India dan Makkah, sekalipun mempunyai kesamaan masalah Gujaratnya, serta Madzhab Syafii-nya. Teori Persia lebih menitikberatkan tinjauannya kepada kebudayaan yang hidup di kalangan masyarakat Islam Indonesia yang dirasakan mempunyai persamaan dengan Persia.[12]
Kesamaan kebudayaan ini dapat dilihat pada masyarakat Islam Indonesia antara lain : Pertama, peringatan 10 Muharram atau Asyura sebagai hari peringatan Syiah atas kematian syahidnya Husain. Peringatan ini berbentuk pembuatan bubur Syura. Di Minangkabau bulan Muharram disebut bulan Hasan-Husain. Di Sumatera Tengah sebelah Barat, disebut bulat Tabut, dan diperingati dengan mengarak keranda Husain untuk dilemparkan ke sungai atau ke dalam perairan lainnya. Keranda tersebut disebut tabut diambil dari bahasa Arab. Kedua, adanya kesamaan ajaran antara ajaran syaikh Siti Jenar dengan ajaran sufi al-Hallaj, sekalipun al-Hallaj telah meninggal pada 310 H/922 M, tetapi ajarannya berkembang terus dalam bentuk puisi, sehingga memungkinkan syaikh Siti Jenar yang hidup pada abad ke-16 dapat mempelajarinya. Ketiga, penggunaan istilah bahasa Iran dalam mengeja huruf Arab, untuk tanda-tanda bunyi harakat dalam pengajian al-quran tingkat awal. Dalam bahasa Persi Fathah ditulis jabar-zabar, kasrah ditulis jer-zeer, dhammah ditulis p’es-py’es. Huruf sin yang tidak bergigi berasal dari Persia, sedangkan sin bergigi berasal dari Arab. Keempat, nisan pada makam  Malikus Saleh (1297) dan makam Malik Ibrahim (1419) di Gresik dipesan dari Gujarat. Dalam hal ini teori Persia mempunyai kesamaan mutlak dengan teori Gujarat. Tetapi sangat berbeda jauh dengan pandangan CE Morisson.[13] Kelima, pengakuan umat Islam Indonesia terhadap madzhab Syafii sebagai madzhab yang paling utama di daerah Malabar.          Dalam masalah madzhab Syafii, Hoesein Djayadiningrat mempunyai kesamaan dengan GE Morrison, tetapi berbeda dengan teori Makkah yang dikemukakan oleh Hamka. Hoesein Djayadiningrat di satu pihak melihat salah satu budaya Islam Indonesia kemudian dikaitkan dengan kebudayaan Persia, tetapi dalam memandang madzhab Syafii terhenti ke Malabar, tidak berlanjut dihubungkan dengan pusat madzhab Syafii di Makkah.
Walaupun dari kelima teori ini tidak terdapat titik temu, namun mempunyai persamaan pandangan yakni Islam sebagai agama yang dikembangkan di Nusantara melalui jalan damai. Dan Islam tidak mengenal adanya missi sebagaimana yang dijalankan oleh kalangan Kristen atau Katolik.
Jadi yang penting dapat kita ambil dalam beberapa teori masuknya Islam di Nusantara ini adalah teori tersebut berkesimpulan bahwa Islam telah lahir di Nusantara. Sedangkan Nusantara ini pada waktu masuknya Islam Kerajaan yang berkuasa adalah kerajaan Majapahit di Jawa. Secara inplisit dapat kita ketahui bahwa mau tudak mau jawa adalah pusat peradaban dalam penyebaran Islam. Ini terbukti dengan makam-makam para mubaligh yang berada di Jawa.
III. Kerajaan-Kerajaan Pra islam
Catatan sejarah Pulau Jawa yang ditandai oleh prasasti atau berita-berita dari pedagang China dan India, ditengarahi oleh beberapa pusat peradaban. Dari barat berupa cerita tentang Salakanagara kemudian dilanjutkan prasasti mengenai Tarumanegara, bagian tengah cerita mengenai Kalingga dilanjutkan dengan Mataram Kuno, dan prasasti Kanjuruhan yang dilanjutkan oleh Kerajaan Medang.
1. Kerajaan Salakanagara
Kerajaan ini terletak di daerah Teluk Lada Pandeglang sekitar tahun 105 M. Raja pertama Salakanagara bernama Dewawarman yang berasal dari India. Saat menjadi raja Salakanagara, Dewawarman I ini dinobatkan dengan nama Prabhu Dharmalokapala Dewawarman Haji Raksagapurasagara. Rajatapura adalah ibukota Salakanagara yang hingga tahun 362 menjadi pusat pemerintahan Raja-Raja Dewawarman (dari Dewawarman I - VIII).
2. Kerajaan Tarumanagara
Kerajaan Tarumanegara dibangun oleh Rajadirajaguru Jayasingawarman tahun 358 M dan beliau memerintah sampai yahun 382 M. Makam Rajadirajaguru Jayasingawarman ada di sekitar sungai Gomatri (wilayah Bekasi). Kerajaan Tarumanegara ialah kelanjutan dari Kerajaan Salakanagara.
3. Kerajaan Kalingga
Kalingga adalah sebuah kerajaan bercorak Hindu di Jawa Tengah, yang pusatnya berada di daerah Kabupaten Jepara sekarang. Kalingga telah ada pada abad ke-6 Masehi dan keberadaannya diketahui dari sumber-sumber Tiongkok. Kerajaan ini pernah diperintah oleh Ratu Shima, yang dikenal memiliki peraturan mirip peraturan yang kelak menjadi raja Kerajaan Sunda dan Kerajaan Galuh (723-732M).
4. Kerajaan Mataram Kuno
Kerajaan ini kita kenal dari sebuah prasasti yang ditemukan di Desa Canggal (barat daya Magelang). Prasasti ini berangka tahun 732 M, ditulis dengan huruf Pallawa dan digubah dalam bahasa Sanskerta yang indah sekali. Isinya terutama adalah memperingati didirikannya sebuah lingga (lambang Çiwa) di atas sebuah bukit di daerah Kunjarakunja oleh Raja Sanjaya. Daerah ini letaknya di sebuah pulau yang mulia, Yawadwîpa, yang kaya raya akan hasil bumi, terutama padi dan emas.
Raja Sanjaya berdasarkan Prasasti Canggal(732 M), merupakan pendiri dari Wangsa Sanjaya yang bertahta di Kerajaan Mataram Kuno di Jawa Tengah. Menurut Prasasti Canggal (732 M). Raja Sanjaya beragama Hindu.
Sanjaya meninggal pada pertengahan abad ke-8 dan kedudukannya di Mataram digantikan oleh Raka Panangkaran((760-780), dan terus berlanjut sampai masa Dyah Wawa (924-928), hingga digantikan oleh Mpu Sindok(929) dari Wangsa Isyana.
5. Kerajaan Kanjuruhan
Di desa Dinoyo (barat laut Malang) diketemukan sebuah prasasti berangka tahun 760, Prasasti Dinoyo merupakan prasasti yang menggunakan Condro Sangkala berbunyi Nayana Vasurasa (tahun 682 Saka) atau tahun 760 Masehi. Dalam Prasasti Dinoyo diceritakan masa keemasan Kerajaan Kanjuruhan. yang menceritakan bahwa dalam abad VIII ada kerajaan yang berpusat di Kanjuruhan (sekarang desa Kejuron) dengan raja bernama Dewasimha dan berputra Limwa (saat menjadi pengganti ayahnya bernama Gajayana), yang mendirikan sebuah tempat pemujaan untuk dewa Agastya dan diresmikan tahun 760. Dalam Prasasti Dinoyo diceritakan masa keemasan Kerajaan Kanjuruhan.
6. Kerajaan Medang
Kerajaan ini adalah peralihan dari kerajaan Mataram kuno dengan penguasa bernama Mpu Sindok. Dia adalah raja terakhir dari Wangsa Sanjaya, yang berkuasa Kerajaan Mataram Kuno pada tahun 928-929. Diduga karena letusan Gunung Merapi, pada tahun 929 Mpu Sindok memindahkan pusat kerajaan Mataram dari Jawa Tengah ke Jawa Timur. Istana yang baru dibangun di Tamwlang (Tembelang) sekitar tahun 929, di tepi Sungai Brantas, sekarang kira-kira adalah wilayah Kabupaten Jombang (Jawa Timur). Kerajaan baru ini tidak lagi disebut Mataram, melainkan disebut Medang (meski beberapa literatur masih menyebut Mataram).
7. Peristiwa Mahapralaya
Kerajaan Medang runtuh tahun 1006 pada masa pemerintahan Dharmawangsa Teguh (cicit Mpu Sindok). Peristiwa hancurnya istana Watan terkenal dengan sebutan Mahapralaya atau “kematian besar”.
Kronik Cina dari Dinasti Sung mencatat telah beberapa kali Dharmawangsa Teguh mengirim pasukan untuk menggempur ibu kota Sriwijaya sejak ia naik takhta tahun 991. Permusuhan antara Jawa dan Sumatra semakin memanas saat itu.
Pada tahun 1006 Dharmawangsa Teguh lengah. Ketika ia mengadakan pesta perkawinan putrinya, istana Medang di Watan diserbu oleh Aji Wurawari dari Lwaram yang diperkirakan sebagai sekutu Kerajaan Sriwijaya. Dalam peristiwa tersebut, Dharmawangsa Teguh tewas.
Tiga tahun kemudian, seorang pangeran berdarah campuran Jawa - Bali yang lolos dari Mahapralaya tampil untuk membangun kerajaan baru sebagai kelanjutan Kerajaan Medang. Pangeran itu bernama Airlangga yang mengaku bahwa ibunya adalah keturunan Mpu Sindok. Kerajaan yang ia dirikan kemudian lazim disebut dengan nama Kerajaan Kahuripan.[14]
8. Kerajaan Majapahit
Kerajaan ini di dirikan oleh raden wijaya 1294 M dengan memanfaatkan pertempuran dari kerajaan Daha yang di pimpin oleh prabu kertanagara dan kerajaan Cina yang di pimpin oleh maharaja Choeblai. Semula raden wijaya bersimpati dan berpura-pura membantu raja Chueblai. Namun setelah menang raden wijaya berhianat dan mengusir raja Chublai dari tanah jawa dengan memberi beberapa harta jarahan dan seratus orang tawanan dari kerajaan Daha.
Prabu yang paling terkenal adalah prabu hayam wuruk dengan patihnya gajahmada (1334 M). Gajahmada berhasil mempersatukan nusantara. Hingga pada abad ke-14 Majapahit runtuh dan di gantikan kerajaan Islam Demak.[15]
IV. Sejarah Kerajaan Demak
Berdirinya kerajaan Demak bermula dari misi para muballigh dalam mengislamkan jawa yang kemudian terkenal dg sebutan “ wali songo”. Dalam penyiaran dan perkembangan islam di jawa selanjutnya, para walisongo memusatkan kegiatannya dengan menjadikan kota demak sebagai sentral segala sesuatunya. Atas dukungan walisongo tersebut, terutama atas dasar perintah sunan Ampel, maka raden Patah ditugaskan untuk mengajarkan agama islam dan membuka pesantren di desa glagah wangi. Tidak lama kemudian, desa inii banyak dikunjungi orang. Tidak hanya menjadi pusat ilmu pengetahuan dan agama, tetapi kemudian menjadi pusat perdagangan dan bahkan menjadi pusat kerajaan islam pertama di jawa.
Kerajan islam pertama ini didirikan oleh raden Patah atas restu dan dukungan para walisongo yang diperkirakan tidak lama setelah keruntuhan kerajaan majapahit ( semasa pemerintahan prabu brawijaya ke V / kertabumi ) yaitu tahun ± 1478 M . sinengkelan ( ditandai dengan condro sengkolo ) “ SIRNO ILANG KERTANING BUMI “ . adapun berdirinya kerajaan demak sinengkelan “ geni mati siniram janmi” yang artinya tahun soko 1403 / 1481 M.
Sebelum Demak menjadi pusat kerajaan, dulunya demak merupakan kadipaten di bawah kekuasaan kerajaan Majapahit ( brawijaya V) . dan sebelum berstatus kadipaten , lebiih dikenal orang dengan nama “ glagah wangi “. Yang menjadi wilayah kadipaten jepara dan merupakan satu-satunya kadipaten yang adipatinya memeluk agam islam.
Menurut cerita rakyat, orang tg pertama kali dijumpai oleh raden patah di glagah wangi adalah nyai lembah yang bersal dari rawa pening. Atas saran nyai lembah inilah , raden patah bermukim di desa glagah wangi yang kemudian dinamai “ Bintoro Demak “. Kemudian dalam perkembangannya dan semakin ramainya masyarakat, akhirnya bintoro menjadi ibu kota Negara.
Adapun asal kota Demak , ada beberapa pendapat. Antara lain :
1. menurut prof. purbotjaroko, Demak berasal dari kata Delemak. Yang artinya tanah yang mengandung air ( rawa)
2. menurut sholichin salam dalam bukunya “ sekitar walisongo “ menyatakan bahwa prof. Dr.Hamka berpendapat , kota Demak adalah berasal dari bahasa arab “ Dimak” yg artinya air mata . menggambarkan kesulitan dalam menegakkan agam islam pada waktu itu.
Dari hasil penilitian IAIN walisongo jawa tengah tahun 1974 M tentang bahan-bahan sejarah islam di jawa tengah bagian utara, telah dilaporkan bahwa ada beberapa pendapat mengenai letak kesultanan ( istana kerajaan ) Demak, yaitu ;
Pertama : bahwa bekas kesultanan Demak itu tidak ada. Dengan keterangan bahwa raden Patah mulai menyebarkan agama islam di Demak adalah semata-mata untuk kepentingan agama islam. Pendirian masjid Demak bersama para walisongo merupakan lambing kesultanan demak. Adapun tempat kediaman rade Patah bukan berupa istana yang megah, tetapi sebuah rumah biasa yg letaknya diperkirakn sekitar stasiun Kereta APi sekarang, tempat itu dinamakan “Rowobatok “
Kedua ;bahwa pada umumnya letak masjid tidak terlalu jauh dari istana. Diperkirakan letak kraton Demak berada ditempat yang sekarang didirikan Lembaga Pemasyarakatan ( sebelah timur alun-alun) . dengan alasan bahwa pada zaman colonial ada unsur kesengajaan menghilangkan bekas kraton . pendapat ini didasarkan atas adanya nama-nama perkampungan yang mempunyai latar belakang historis. Seperti nama : sitihingkil ( setinggil) , betengan , pungkuran, sampangan dan jogoloyo.
Ketiga : bahwa letak kraton berhadap-hadapan dengan masjid agung demak, menyebrangi sungai dengan ditandai oleh adanya dua pohon pinang. Kedua pohon pinang tersebut masih ada dan diantara kedua pohon itu terdapat makam kiyai Gunduk.. menurut kepercayaan masyarakat setempat , yang ditanam itu sesungguhnya berupa tombak ( pusaka). Runtuhnya kerajaan Demak
Dalam catatan sejarah, keributan politik yang berpangkal pada persoalan perebutan kekuasaan tertinggi di Demak sesudah meninggalnya Sultan Trenggono ( raja ke-III ) lalu Hadiwijaya memindahkan kerajaan ke Pajang. Semua Raja-raja kecil dan para bupati di seluruh wilayah Demak harus mengakui kenyataan tunduk pada kekuasaan Pajang. Dengan demikian kekuasaan Demak secara resmi sudah tidak ada. Dan mulai berpindah ke Pajang ( letaknya di dekat kota Solo sekarang ). Sedangkan Demak sendiri mulai dinyatakan sebagai ibu kota daerah yang diperintah oleh seorang Adipati yang tunduk pada Paajang. Keadaan tersebut tidak berubah sampai ketika peta kekuatan politik di Pajang pindah ke Mataram pada akhir abad 16.[16]
V. Kesimpulan
Dari semua paparan ini  kita dapat menyimpulkan bahwa masuknya Islam di jawa adalah dengan jalan damai. Bukan dengan jalan kekerasan atau peperangan. Selanjutnya bahwa yang berjasa dalam memasukkan agama islam di jawa pertama kali adalah para pedagang dan mubaligh yang berfaham syi’ah. Mereka di datangkan dari persia khusus dalam misi dakwah Islam. Selain itu ada pula yang berpendapat bahwa masuknya Islam adalah dari  gujarat atau dari benggala yang bermadhab syafi’i. Ada juga yang berpendapat dari mekkah, yang ketika itu menjadi pusat keislaman di dunia. Ada pula yang mengaakan bahwa datag islam dari cina. Sedangkan para muballigh yang berfaham syiah di tarik ke negaranya. Sebelum itu terdapat banuak sekali kerajaan sebelum islam di jawa seperti majapahit dan mataram kuno. Hingga pada ahirnya terdapat kerajaan islam pertama di jawa yaitu kerajaan Demak yang berdiri dengan mengambil keuntungan dari melemahnya kerajaan majapahit



Daftar Pustaka
Bruinessen, Mertin van. kitab kuning, pesantren dan tarekat. Bandung: Mizan, 1995.
SQ, Fatimi. Islam Comes to Malaysia. Singapore: Malaysian Sociological Reseach Institude, Ltd, 1963.
Alatas, Syed Nagib. Preliminary Statement on a General Theory of the Islamization of Malay-Indonesian Archipelago. Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka, 1969.
Suryanegara, Ahmad Mansur. Menemukan Sejarah: Wacana Pergerakan Islam Di Indonesia.. Bandung: Penerbit Mizan, 1996.
Arnold, TW. The Preaching of Islam, A History of the Propogation of the Muslim Faith. London: Luzac & Company, 1935.
Halimi, Ahmad Jelani. Sejarah Islam. Pulau Penang: Fajar Bakti SDN.BHD, 1993.
Haddad (al), Sayed Alwi bin Thahir. Sejarah Perkembangan Islam di Timur Jauh. Jakarta: Maktab al-Daimi, 1957.
Drewes, GWJ. New Light on the Coming of Islam in Indonesia, compiled by Ahmad Ibrahim, Sharon Siddique & Yasmin Hussain. Readings on Islam in Southeast Asia. Singapore: Institue of Southeast Asia Studies, 1985.
Sokowatan, Ki Demang. “Babad Tanah Jawa” dalam http// sejarah tanah jawa/07 Perang Cina - Adege Karajan Majapait.html. Di akses pada 17 Maret 2015.



[1] Mertin van Bruinessen, kitab kuning, pesantren dan tarekat. (Bandung: Mizan, 1995)
[2] Fatimi SQ, Islam Comes to Malaysia, (Singapore: Malaysian Sociological Reseach Institude, Ltd, 1963).
[3] Syed Nagib Alatas, Preliminary Statement on a General Theory of the Islamization of Malay-Indonesian Archipelago, (Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka, 1969), h. 11.
[4] Azyumardi Azra, Renaisans Islam Asia Tenggara, h. 32
[5] Ibid.
[6] Ahmad Mansur Suryanegara. Menemukan Sejara : Wacana Pergerakan Islam Di Indonesia. (Bandung: Penerbit Mizan, 1996), h. 81-82
[7] Ahmad Mansur Suryanegara, Ibid., h. 82
[8] TW Arnold, The Preaching of Islam, A History of the Propogation of the Muslim Faith, (London: Luzac & Company, 1935), h. 363.
[9] Arnold, The Preaching of Islam, h. 363-364.
[10] Mahayudin Hj. Yahya & Ahmad Jelani Halimi, Sejarah Islam. (Pulau Penang: Fajar Bakti SDN.BHD, 1993), h. 559.
[11] Sayed Alwi bin Thahir al-Haddad, Sejarah Perkembangan Islam di Timur Jauh, (Jakarta: Maktab al-Daimi, 1957) h. 21.
[12] GWJ Drewes, New Light on the Coming of Islam in Indonesia, compiled by Ahmad Ibrahim, Sharon Siddique & Yasmin Hussain, Readings on Islam in Southeast Asia, (Singapore: Institue of Southeast Asia Studies, 1985), h. 7-19.
[13] Morrisson.CE, The Coming of Islam to East Indies, JMBRAS, h. 24.
[14]  Kerajaan di pulau jwa
[15] Ki Demang Sokowatan, “Babad Tanah Jawa” dalam http// sejarah tanah jawa/07 Perang Cina - Adege Karajan Majapait.html, (di akses pada 17 Maret 2015)
[16]  Sejarah tentang berdirinya kerajaan demak
Lain-Lain 7135783860608096561

Posting Komentar

emo-but-icon

Beranda item

Popular Posts

Twitter

Random Posts

Jasa Pembuatan Makalah

Flickr Photo

Recent Comments